Monthly Archives: April 2013

Kerja Sesuai Passion Bikin Gendut

Kurang lebih 10 hari ke depan, tepat 6 bulan saya bekerja di tempat baru, di sini. Di tempat yang dari zaman saya SMA sangat diidam-idamkan. Walau pun berbeda dari apa yang saya idam-idamkan dulu, ya paling tidak masih di tempat yang sama.

Waktu 6 bulan itu sungguh sangat tidak terasa sama sekali. Serius. Tiba-tiba saja, saya sudah setengah tahun di tempat yang baru. Kalau saya boleh jujur, di tempat yang baru ini kerjanya lebih berat, ketimbang di 3 kantor saya terdahulu.

Apa karena kerjaan ini sesuai dengan passion saya? Sesuai dengan apa yang saya mau, sehingga seberat apa pun kerjaannya, tak akan pernah menjadi beban buat saya?

Yang jelas, di tempat baru ini saya menemukan apa yang saya inginkan di dalam setiap doa saya kepada-Nya. Saya ingat betul, sebelum saya akhirnya bekerja di sini, entah berapa kali saya bilang, ‘Saya mau hengkang,’ ke kedua orangtua saya. Saya merasa lelah, jenuh, dan tak ada semangat untuk menghadapi hari baru.

Padahal, di 2 kantor sebelum sekarang ini, bisa dikatakan pekerjaannya itu super nyantai. Di kantor pertama, saya hanya mengurusi sebuah akun dari usaha milik seorang blogger tersohor negeri ini. Di kantor yang kedua, pun sama seperti sebelumnya. Tapi ya, itu tadi. Di 2 tempat ini saya memutuskan hengkang sebelum masa kontrak habis.

Dan ternyata, kerja sesuai passion itu bikin gendut! Serius, ini beneran, ngga bohong. Paling tidak, itulah yang saya rasakan. Terhitung sebanyak 8 kilograms berat badan saya alami kenaikan, semenjak bekerja di tempat yang baru ini.

Saya sendiri baru ngeuh, pada saat saya berkonsultasi dengan ahli gizi. yang kebetulan menjadi narasumber saya. Saya bertanya padanya, “Dok, semenjak kerja berat badan saya kok alami kenaikan yang drastis, ya? Padahal apa yang saya makan dan saya pantangin, masih sama seperti dulu.”

Si dokter ini pun menjawabnya, sambil bertanya balik kepada saya. “Kamu bahagia dengan kerjaan yang sekarang? Kamu merasa terbebani tidak, dengan profesimu sekarang ini? Kalau tidak, berarti itu penyebabnya.”

“Maksud dokter? Iya, saya bahagia dengan profesi saya sekarang. Walau pun capek luar biasa, tapi saya menemukan kebahagian tersendiri. Contohnya, saya bisa bertemu dan berbincang langsung dengan dokter,” jawab saya penasaran.

Jawaban dokternya ini tiba-tiba bikin saya melongok. Takjub. Rada ngga percaya, tapi harus percaya, karena kenyataannya begitu. “Kamu tipikal orang yang kalau bahagia dengan apa yang kamu kerjakan, maka itu akan menjadi daging sendiri buatmu. Kalau kamu masih melakukan hal yang sama seperti tempat yang dulu, tandanya tempat yang dulu tidak membuatmu bahagia. Sehingga menurunkannya sangat gampang. Sekarang, harus jaga benar-benar pola makan, jangan sampai salah. Dan jangan lupa, olahraga,” kata dokter tersebut.

Benar apa yang dikatakan dokter tersebut. Di tempat yang sekarang dan di tempat yang lama, saya selalu melakukan hal yang sama. Makan dijaga, aktif jalan kaki, dan banyak melakukan gerakan.

Di tempat yang lama, kalau pun berat badan saya tiba-tiba alami kenaikkan 1-2 kilogram, dalam waktu sebulan saya dapat menormalkannya kembali. Sekarang? Belum berhasil!

Redpel dan editor saya di kantor mengutarakan pendapatnya. Menurutnya, ketika saya masuk di kantor tersebut, saya terlihat kecil. Bahkan terlalu tirus pipi ini. Sekarang, saya lebih berisi dan cenderung gemuk. Keduanya jelas kaget. Di hari pertama saya masuk, keduanya memprediksi saya bakal tambah kurus, karena profesi yang saya jalankan saat ini akan membuat saya banyak gerak. Ternyata, prediksi keduanya melesat. Dan jelas, keduanya bingung. 😆

Yang jelas, saya banyak-banyak mengucapkan terimakasih kepada-Nya. segala doa saya dijamah. Saya mau kerjaan sesuai dengan yang saya senangi, diwujudkan. Saya mau di tempat yang baru lebih banyak karyawannya, diwujudkan juga. Saya mau bekerja di tempat yang dulu saya incar, ya diwujudkan. Intinya ya itu, Alhamdulillah terwujud.

Kalau ada yang bertanya apa saya akan terus di tempat yang sekarang, karena ini sesuai dengan apa yang saya idam-idamkan? Saya akan menjawab, tidak. Di tempat yang ini, hanya 1 dari segelintir kemauan saya yang sudah terwujud 😀

*ADT*

Little Baghdad – Restoran Khas Timur Tengah di Pelosok Selatan Jakarta

Sekitar sebulan yang lalu, saya bersama keempat teman saya lainnya menjajal makanan di Little Baghdad, restoran khas Timur Tengah di pelosok Selatan Jakarta. Sebenarnya tak ada niat mau makan di restoran yang menurut saya sempit itu. Kalau karena tak kelaparan setelah ke resepsi sahabat, maka tak akan pernah saya ke tempat itu.

Little Baghdad Tampak Luar

Kami berlima memilih untuk duduk di area luar, supaya dapat menghirup udara bebas. Entahlah, untuk kondisi tempatnya, saya sudah males duluan.

Melihat tampang saya yang rada ogah-ogahan untuk terlalu lama di tempat itu, teman saya memberikan rekomendasi minuman yang katanya tempo hari, jika saya meminum itu, maka saya akan betah berlama-lama di tempat itu karena ketagihan akan minuman tersebut.

Little Baghdad ini sendiri tidak 100 persen menyediakan makanan a la Timur Tengah. Masih ada kok, makanan Western gitu. Kayaknya sih, pemiliknya paham betul kalau tak semua orang suka sama makanan Timur Tengah. Buktinya nih, masih tersedia menu burger di restoran tersebut.

Baghdad Burger

Kalau saya sendiri memesan seporsi Dajaj Mashwi dengan minuman sesuai dengan apa yang direkomendasikan teman saya, yaitu Akhriade Smoothie.

Dari segi rasa, tak ada yang begitu spesial dari makanan yang saya pilih. Hanya dua potong ayam, dengan saus yang terbuat dari tomat segar dan beberapa potong jamur, disajikan dengan kentang goreng. Entahlah, apa karena sudah sumok duluan melihat tempatnya, lidah saya jadi antipati gitu sama makanannya.

Dajaj Mashwi

Untuk minumannya, baiklah, saya menyerah. Akhriade Smoothie segarnya kebangetan. Benar-benar bikin adem. Perpaduan strawberry, ice cream vanila, membuat minuman itu menjadi minuman yang paling dicari oleh pengunjung setia Little Baghdad. Untuk yang diet, coba deh minum jus ini. Menurut saya sih, bakal ngenyangin banget. Saya saja begah.

Akhriade Smoothie

Selanjutnya, dua teman saya, Shindy dan Dana, memesan Shawarma Beef dan Kandahar. Shawarma Beef merupakan daging sapi cincang yang dibungkus dengan pembungkus makanan. Disajikan dengan mayonaise, irisan bawang yang dicincang, dan tidak lupa ditemani kentang goreng dan salad bergaya Timur Tengah.

Shawarma Beef

Kalau Kandahar merupakan nasi kebuli dengan dua potong ayam berukuran cukup besar dan empuk, dan disajikan dengan salad dan saus tomat segar.

Nasi kebuli Kandahar rasanya gurih. Saya suka dengan nasi kebulinya yang tidak begitu asin, dan berminyak.

Kandahar

Secara keseluruhan tak ada yang istimewa dari makanan yang ada di Little Baghdad tersebut. Cuma Akhriade Smoothies-lah yang menurut saya layak untuk direkomendasikan.

Andai saja saya tidak kelaparan setelah resepsi hari itu, maka saya tidak akan pernah menginjakkan kaki di restoran yang terletaknya tidak strategis tersebut.

Ada pun harga makanan dan minuman di Little Baghdad , sebagai berikut:

  • Baghdad Burger : Rp 37.500
  • Shawarma Beef : Rp 39.000
  • Kandahar : Rp 46.000
  • Dajaj Mashwi : Rp 36.000
  • Akhriade Smoothies : Rp 27.5000
Little Baghdad
Tea House, Snack & Shisha
The Place U Can Unwind With Shisha
 Jl. Kemang I/72. Jakarta 12730. Telp. 62 21 7181944 – Fax 62 21 7181943

Hari Autis Sedunia: Antara Cinta, Harapan dan Kenyataan

Untuk merayakan Hari Autis Se-Dunia, yang jatuh pada hari ini, saya khusus memosting artikel soal Autisme.

Kali ini, yang akan berbagi cerita dan pengalamannya di adiitoo.com adalah Dunya Mugijanto, ibu dari seorang anak penyandang Autisme bernama Rayen.

Berikut ceritanya…

Kali ini Dunya ingin menceritakan bagaimana suka dukanya ia mengurus anaknya yang sangat spesial di matanya. Dengan segala kerendahan hatinya, ia menerima dengan lapang dada apa yang Tuhan berikan kepadanya.

Antara Cinta, Harapan, dan Kenyataan.

Rayen, mama dan ayah masih menunggu Rayen bisa spontan bilang Rayen ‘sayang mama, ayah dan adik Lila’. In sya Allah ya kak …

Rayendra Zeshan Mugijanto (Rayen), anak sulung kami lahir di RS Medistra Jakarta pada tanggal 13 Oktober 2002 pada jam 23:50pm. Proses kelahiran Rayen cukup mendebarkan dikarenakan setelah proses persalinan yang lama, dokter akhirnya memutuskan untuk melakukan tindakan darurat dengan operasi Caesar. Allhamdulilah operasi berjalan baik dan akhirnya kami sangat berbahagia selayaknya keluarga normal yang di anugerahkan seorang bayi laki2 yang sempurna (Apgar test 9,5 dari 10) setelah menunggu selama 2 tahun.

Pada proses perkembangannya, Rayen mengalami beberapa keterlambatan perkembangan seperti :

  • Pada saat usia 6 Bulan, untuk pertama kali kami membawa Rayen ke dokter rehabilitasi medik dikarenakan mengalami keterlambatan perkembangan yaitu keterlambatan untuk duduk sendiri.
  • Pada usia 12 bulan untuk pertama kali kami membawa Rayen ke klinik tumbuh kemang, konsul dengan psikolog anak karena keterlambatan bicara dan adanya prilaku yang “aneh” yaitu mengepak ngepakkan ke 2 tangannya apabila sedang tertarik atau excited pada suatu benda yang bergerak, spt mainan anak yg bergerak dng baterei, atau pada saat nonton film kartun, tidak ada kontak mata.
  • Pada usia 20 bulan kami konsul dng dokter syaraf anak di Singapore utk memeriksakan kondisi Rayen tsb yang tidak mengalami perubahan. Kebetulan kami memilih membawa ke Singapore krn dokter2 di Jakarta yg kebetulan direkomendasikan kepada kami memiliki daftar tunggu yg berbulan2. Disini akhirnya kami mendapatkan diagnosa bhw Rayen memiliki bberapa ciri dari seorg anak penderita Autis. Diagnosa dinyatakan secara lisan.
  • Dengan ini kami mulai datangi dokter2 terbaik , mulai dari dokter syaraf anak, psikiater anak, dokter rehabilitasi medik anak di jakarta, tentunya mencari pendapat lain (second opinion), berharap perubahan2 baik itu perkembangan Rayen, diagnosa dokter, obat2an, ataupun terapi yg bisa kami lakukan umtuk “Kesembuhan” total dari Rayen.
  • Mulai cari2 info berbagai macam terapi yg ditawarkan para dokter. Ada terapi prilaku (ABA), terapi Okupasi, Terapi sensori integrasi, Terapi Wicara. Penerapan diet, pengobatan biomedis. Belum lagi masukan dari orang tua lain yg mungkin sudah melalui perjalanan yg cukup panjang, seperti mencoba pengobatan alternatif Homepathy, kegiatan Braingym, dan masih banyak lagi.
  • Juga yang belum disebutkan adalah hasil coba-coba dari membaca berbagai buku penanganan, pengobatan, semua tentang autism yang kami baca dan usahakan diterapkan untuk Rayen.

Bertemu banyak orang, ahli, dan sebagainya membuat kami, orang tua Rayen, kewalahan dengan semua info baru yang harus kami serap, mengerti, paham, menerima, usahakan, lakukan terus2 menerus untuk Rayen juga tentunya berpengaruh pada kehidupan kami sebagai orang tua muda yang baru punya momongan spt yang diidam2kan selayaknya pasangan muda lainnya, juga sebagai pasangan suami istri baru saja memulai kehidupan berumah tangga. Masih dalam tahap penyesuaian dalan kehidupan kami berdua, usaha pemantapan karir ayah Rayen, sudah ditambah kondisi special Rayen, padahal kami baru belajar menjadi pasangan org tua dengan kelahiran seorg anak, yang ternyata adalah titipan Allah SWT yang sangat special.

Sebagai pasangan kami melalui semua proses yang lazim dilalui, dari mulai shock, nangis meraung2 sambil bertanya kenapa saya, kasihan Rayen, denial, menunggu keajaiban, diam sampai pasrah menerima dan mulai melangkah maju, mencari teman2 seperjuangan, menjalani proses terapi, semua kami lalui tapi bukan tidak pakai ‘berdarah-darah’ seperti bahasa gaul anak sekarang. Ini proses yang dilalui seluruh keluarga besar kami berdua, dan Alhamdulillah ke2 pasang eyang semuanya menerima Rayen dengan segala keunikannya dan tidak pernah berhenti mendukung, menghibur kami jika kami seperti sudah tidak bisa bernafas dlm perjuangan kami untuk Rayen.

Dunya dan Keluarga Besar

Dalam perjalanan kami memberikan pendidikan, terapi dan ‘Pengobatan’ yang tepat, sudah pasti perjalanan dng lika liku yg panjang. Tidak mudah mencari guru dan terapis yang tepat, jenis terapi yang tepat, sekolah yang tepat, semua yang tepat, cocok dan langsung berbuah manis seperti harapan kami utk kesembuhan total putra kami.

Pindah dari pusat terapi satu ke yang satu lagi itu juga kami lakukan. Coba-coba jenis terapi dari yang konvensional ke yang mutakhir pada masanya juga sudah kami jalani. Dan satu hal yang kami pelajari bahwa tiap pakar punya terapi favorit yg mereka kuasai. Jadi dengan ganti2 dokter sudah pasti akan ganti pusat terapi atau terapis, bahkan bisa juga ganti jenis terapi.

Awalnya kami mulai dengan terapi okupasi dan wicara, Rayen masih belum 2 tahun. Setiap terapi ngamuk, nangis meraung-raung, tidak bisa dipegang, stimmimg. Karena terapis wicara kewalahan dalam menangani Rayen, diputuskan utk konsentrasi pada terapi okupasi saja, dengan harapan Rayen dapat menangani semua input yg dia terima. Pelan2 bisa, dan cukup menikmati kegiatan fisik dr terapi okupasi. Terapi wicara dicoba lagi, tapi tetap Rayen belum bisa berkata2. Hanya mamamama (babbling) saja yang mampu dia suarakan.

Waktu itu belum diterapkan terapi perilaku (ABA), karena kebetulan dokter2 yang kami pakai, tidak ada yang merekomendasikan terapi ini, dan kebetulan juga orang tua2 yg kami kenal tidak ada yang memakai terapi ABA. Ada komentar bahwa terapi ABA banyak dibentak2, suara keras, hukuman dll. Dan kami liat sendiri di sebuah seminar, ada seoarang anak menangis sewaktu menunggu giliran manggung, oleh pengasuh atau mungkin terapisnya dibentak2 supaya diam dari tangisannya, kebetulan pada saat itu acara belum dimulai, tapi tamu2 sudah ada yang duduk diruangan. Suara orang itu bergema di ruang seminar. Dalam hati, kami tidak mau anak kami dipermalukan begitu, apa lagi kami org tuanya. Jadi boleh dikatakan ada trauma dengan terapi ABA.

Karena Rayen masih sangat kecil, kami berdua keberatan jika anak kami dibentak2 orang lain, kami saja tidak pernah bentak2. Tapi dari beberapa nara sumber dr beberapa seminar yanga kami ikuti, disarankan utk menjalani terapi prilaku. Akhirnya kami coba juga terapi ABA dan mendapatkan diagnosa tertulis dari sebuah test yg dijalani Rayen di satu pusat terapi. Baiknya lagi mereka tidak menggunakan sistem disiplin yang sangat keras. Mereka meyakinkan kami bahwa tidak akan ada membentak2 anak. Sejalan dengan waktu, dan melihat perkembangan Rayen yg mandek, akhirnya membuat kami berdua mencari-cari lagi info, tempat terapi baru dan pengalaman orangtua lain.

Tiba-tiba Rayen sudah berusia 5 tahun dengan kemampuan yang sangat minim, dan boleh dikatakan nol utk kemampuan komunikasi karena masih menggunakan tangan atau gesture utk memberi tahu keinginannya, masih pakai pampers, makan masih susah diajari utk mandiri, apalagi pegang pinsil. Stimming masih tinggi terutama jika main dengan multi media dan hiperaktif. Walau demikian diumur ini, rayen sudah bisa berenang dan les teratur setiap minggu, Rayen sangat menyukai aktifitas fisik terutama renang.

Si Ganteng Rayen

Karena mungkin sudah lama menjalani terapi okupasi yg banyak kegiatannya dan hampir sama setiap kalinya, membuat rayen bosan dan sering nangis ngamuk, tidak mau melakukannya, Hingga kami mencobakan kegiatan outbound, dan memperbanyak renang utk mengganti terapi okupasinya.

Begitu juga dengan sekolah. Susah cari sekolah dengan guru yang sangat mampu dan mengerti cara membantu mengarahkan anak dan juga membantu org tua utk dapat mengajari anaknya hingga proses pembelajaran anak lancar. Belum juga, kami harus melewati tatapan aneh dari orang tua2 murid lain yang menyadari dari keanehan prilaku anak kami ini. Bisa juga mereka takut anak2 mereka meniru prilaku2 tsb. Pindah dari satu sekolah ke yang lain juga sudah biasa kami lalui.

Pergi ke tempat-tempat umum juga begitu. Apakah itu mall atau acara2 ulang tahun, kami sudah biasa menerima tatapan orang. Jika Rayen tantrum, pernah juga ada orang yang komen kami orang tua yang tidak becus, tidak bisa mendidik anak, dsb. Dalam hati bertanya, apa mereka harus menerima dulu anugerah seperti ini untuk bisa tidak menghakimi orang lain. Muka kami harus setebal dinding dan hati harus sekuat baja. Bisa menahan emosi dan air mata untuk tidak selalu bersedih hebat mendengar perkataan atau tatapan orang.

Di satu kesempatan bisa bertemu konsultan luar negeri yang bisa membantu kami menjelaskan kondisi Rayen terutama kemampuan komunikasi dan prilakunya yang masih belum terkendali sebagai hambatan keberhasilan program Rayen. Termasuk menerima bahwa Rayen belum siap sekolah di sekolah umum ataupun inklusi. Akhinya kami putuskan rayen menjalani home schooling dengan program yang diajarkan dengan metode ABA, yg akhirnya kami pahami sebagai cara belajar. Lewat program rumah ini, akhirnya sedikit sedikit Rayen mulai menunjukan perubahan prilaku, bisa sedikit konsentrasi walau masih pendek, mulai mampu mengenali benda, mengikuti instruksi, belajar tidak memakai pampers lagi dengan sistem batu bata hingga sekarang dapat mandi sendiri , sekarang dalam tahap belajar memakai sepatu keds dengan tali dll. Biomedis juga masih kami jalani.

Seharusnya di awal Rayen belajar untuk patuh, lalu menjalani terapi perilaku utk memperbaiki perilakunya dulu, baru dilanjutkan ke terapi okupasi untuk mematangkan otot dan lanjut lagi dengan terapi wicara. Kami menjalaninya terbalik2. Tapi kami tetap menjalaninya dan Alhamdulillah ada perbaikan-perbaikan dari Rayen walau pelan.

Rayen Sewaktu Jalani Terapi

Dari usaha kami cari informasi, berkenalan dengan orang tualain, bertanya apa saja yg sudah mereka lakukan dan tentunya mencoba segala sesuatu yang bisa dan mampu kami kerjakan. Semua kami kembalikan pada poin bahwa selain mampu melakukannya, kami juga bisa membiayai dan dompet kami juga tidak bolong karena biaya terapi dan lain-lain sangat ‘mahal’. Namun kami bersyukur bahwa keluarga besar kami juga memberikan dukungan financial yang cukup dalam hal ini.

Pelan2 ada perubahan-perubahan yang membahagiakan kami. Rayen mulai berkata-kata di usianya yg ke 7 tahun, dari bunyi2 selain dari mamamama. Itu rasanya sudah seperti–ngga tahu cara menjelaskannya bagaimana–yang pasti perasaan bahagia yang luar biasa, campur nangis mendengar Rayen bisa mengucapkan bunyi2 yang lain. Mulai ada kata ayah, mama, buku, mobil, kue, tapi kondisi Rayen yang kurang dalam masalah oral motor, menyebabkan pengucapan dari kata2nya sering tidak jelas dan tidak mudah dimengerti orang.

Jadinya kita tetap menerapakan PECS, tapi Rayen juga seperti anak lainnya, ada sifat malas atau apa, sehingga dia tidak terlalu mau nenteng2 album PECSnya. Jadi sekarang kami bawakan Ipod dengan software khusus utk media komunikasinya. Sampai hari ini kami masih bersama2 mengajari Rayen menggunakan media ini. Tidak akan pernah berhenti dan selesai karena banyak hal2 yang harus anak2 autis kuasai untuk bisa survive di dunia luar selain rumahnya. Satu2 harus diajari, apalagi utk anak non verbal seperti Rayen, harus diajarkan secara visual, dan menvisualkan kata sifat adalah tidak mudah.

Rayen

Kenyataan yang juga harus bisa kami terima adalah menerima Rayen dengan kemampuannya yang terbatas. Sudah hal biasa sebagai orang tua menginginkan anaknya bisa melakukan hal2 yang luar biasa. Sudah banyak contoh anak2 autis berpretasi masuk TV, media lainnya. Tentunya kami mulai membanding-bandingkan, kenapa Rayen tidak bisa melakukan prestasi yang dilakukan anak autis lain. Dari banyak orang saya mendengar bahwa anak autis biasanya memiki bakat yang luar biasa, entah itu art ataupun yang bersifat akademis. Rayen tidak menonjolkan hal-hal yang demikian, malah kecenderungannya kemampuannya dibawah. Tenyata tidak semua anak autis memiliki bakat.

Prestasi Rayen

Waktu berjalan hingga sekarang Rayen sudah 10 tahun, baru punya adik, masih dalam tahap penyesuaian sebagai kakak. Lumayan dalam penggunaan kata, walau kosa kata belum banyak, hiperaktif dan stimming masih ada, tapi Rayen sudah bisa rollerblade, tennis, outbound di tingkat dewasa, ikut club atletik Special Olympic di Rawamangun, hingga yang terbaru kami cobakan untuk mengikuti lomba renang Special Olympic DKI Jakarta di akhir tahun 2012 kemarin.

Rayen mendapat medali perunggu di lomba 50m gaya bebas putra. Gaya renangnya belum bagus. Di awal start sudah di depan, mungkin karena dia masih belum mengerti konsep lomba, jadinya rayen melambat ditengah, hingga dilewati lawan2nya. Baru Rayen lanjut renang lagi hingga dapat nomer 3. Medali dan piagamnya kami pajang di tempat terbaik di rumah kami.

Rayen Sebelum Mulai Berenang

Sekecil apa pun kami hargai dan gembira setengah mati dengan keberhasilan Rayen. Biarpun itu hanya Rayen bisa menuliskan namanya lengkap, sudah seperti di langit ke 7. Sampai hari ini kami masih mengusahakan segala sesuatu yang bisa kami berikan, lakukan utknya. Harapan dari yang setinggi langit hingga turun ke level semampunya Rayen kerjakan sudah kami pasang di otak dan hati kami. Yang penting buat kami berdua adalah Rayen adalah anak autis yang berbahagia dengan keberadaannya, dan tahu betapa dia dicintai oleh ke2 orang tuanya dan adiknya dan seluruh keluarga besarnya. Dia akan tumbuh besar dengan kondisi autisnya, masih dengan prilakunya yang aneh, tapi berbahagia.

Penanganan yang benar adalah lewat Segitiga Diagnosa, Pendidikan yang tepat dan Dukungan dari mulai keluarga terdekat hingga meluas ke masyarakat. Diagnosa penting untuk segera mencari pendidikan terbaik, tapi anak dan kelurganya juga membutuhkan dukungan untuk melangkah maju menuju ke perkembangan dan kehidupan yang lebih baik.

Rayen Berenang

Yang kami pelajari adalah sabar yang luar biasa, tidak ada anak autis yang sama, ada yang berbakat dan ada yang berkemampuan biasa saja, tidak semua program terapi cocok utk setiap anak, semua adalah invidual, kesembuhan adalah relatif, berdoa tiada henti, bersyukur sekecil apapun atas perkembangannya. Sebagai manusia kami punya kekurangan, juga sebagai orang tua. Banyak kesalahan dan kekurangan dalam memberikan yang sesuai dengan Rayen.

Rayen Menerima Penghargaan

Perjuangan kami masih panjang. Salah satunya menyiapkan lingkungan masyarakat yang bisa menerima keadaan anak2 ini, mengerti bahwa mereka punya kondisi dan pemahaman yang berbeda dengan orang normal. Dimulai dari mengedukasi kelurga dekat, hingga tetangga, hingga jangkauan yang lebih luas mulai kami pikirkan. Anak2 ini akan selalu hidup dengan kondisi autisnya, tingkah laku atau cara bicaranya aneh, bukan berarti hal yang bisa ditertawakan. Mereka berhak atas perlakuan yang sama, apakah itu pendidikan, penghargaan, untuk dapat diterima keradaan di tengah masyakat. Mereka akan terus diajarkan cara hidup mandiri, tetapi seperti manusia lainnya tetap membutuhkan bantuan orang lain di saat-saat tertentu.

Begitu juga dengan Rayen, kami selalu mengajak dia turut serta dalam perjalanan kami, atau pun bersama keluarga besar, baik itu jauh atau dekat, dalam setiap acara yang kami kunjungi. Tidak pernah terpikir dalam benak kami untuk Rayen ditempatkan di “sangkar” saja. Dia berhak melihat dan diterima oleh dunia luar.

Rayen, mama dan ayah masih menunggu Rayen bisa spontan bilang Rayen ‘sayang mama, ayah dan adik Lila’. In sya Allah ya kak …