Udara di Sabtu subuh kemarin berhasil bikin saya mager. Selain hasil guyuran hujan cukup deras yang membuat Ciputat terasa lebih sejuk, deadline yang mengharuskan saya tidur sekitar pukul 02:00 pagi, sekujur tubuh juga masih terasa pegal gara-gara bermain games menggenjot sepeda di salah satu acara plus kelakukan personal trainer yang entah kesambet setan apa doyan banget menyiksa saya pada Jumat sore dan malam harinya.
Mata jadi terasa berat untuk dibuka kayak ditindih pantat sendiri, serta tubuh yang belum siap pisah dengan kasur seakan sudah lama tidak tidur di sini. Setelah beberapa saat hanya bolak-balikin badan, berhenti di posisi telentang sambil mengingat isi surat elektronik dari panitia hangout bareng IM3 Ooredoo, barulah tubuh terangkat melepaskan diri dari kasur yang terasa lebih posesif dibanding pacar sendiri.
Saya akan kembali ke Bandung, mengunjungi sejumlah tempat yang belum pernah saya datangi, lalu kopi darat dengan teman-teman baru dari followers of the month @IndosatOoredoo, Instagramers, dan blogger yang berasal dari Jakarta dan tentunya dari Bandung. Tidak saya sia-siakan kesempatan semacam ini. Takut nggak terjadi untuk kedua kali.
Hangout dua hari kemarin tidak sekadar jalan-jalan dan hura-hura. Saya menyebutnya sebagai aktivitas yang menyehatkan. Dimulai dari makan siang yang sehat banget berpiringkan selembar daun pisang persis seperti anggota pramuka yang sedang kemping, masuk ke dalam hutan dengan pepohonan tinggi menjulang, sampai otak dikuras untuk menghasilkan sebuah konten kreatif yang dikerjakan tidak lebih dari dua jam.
1. Meeting point di kantor Indosat Ooredoo
Supaya terhindar dari kemacetan menuju atau selama di kota Bandung, seluruh peserta diminta kumpul sekitar pukul 06:00 sampai 07:00 pagi. Dengan harapan 07:10 teng sudah jalan. Namun, apa daya, manusia boleh berencana tapi tak jarang manusia jugalah yang menentukan. Karena satu dan lain hal, bus Blue Bird yang membawa rombongan baru bergerak dari jalan Merdeka Barat sekitar pukul 07:45.
Saya sendiri sampai di kantor pusat Indosat Ooredoo pukul 06:45. Perjalanan pagi itu sebenarnya tidak terlalu lama, tapi menunggu Commuterlinenya yang cukup lama. Begitu masuk ke dalam pekarangan gedung yang hari itu dipakai syuting oleh salah satu stasiun televisi berwarna merah, tampak dari kejauhan perempuan-perempuan muda duduk sambil mengobrol di teras lobby utama. Rupanya, mereka itu adalah followers of the month yang terpilih menjadi peserta hangout bareng IM3 Ooredoo.
Mereka bukan seleb twitter. Mereka juga bukan buzzer. Mereka adalah pengguna setia Indosat Ooredoo yang aktif di Twitter. Beberapa dari mereka juga terdaftar sebagai member ICITY. Forum berbasis solusi pertama di Indonesia, dikembangkan oleh komunitas pengguna Indosat.
Seperti pertemuan pertama pada umumnya, baik mereka maupun blogger dan Instagramers masih malu-malu memperlihatkan sisi gilanya. Kalau saya `kan memang introvert, pemalu. Disenggol dulu baru deh bocor.
Untung acara ini dipandu oleh Bernard. Pria asal Medan lulusan Telkom Bandung yang bocornya susah kali ditambal. Dia berhasil bikin seluruh peserta terpingkal-pingkal. Hmmm.. Wait! Tidak semua ternyata. Ada satu peserta yang diam saja selama perjalanan.
Bernard memberitahu bahwa hangout hari itu bukan sekadar jalan, makan, bermalam di hotel, dan berbelanja di Rumah Mode sebelum pulang ke Jakarta. Tapi ada aktivitas yang bakal kami lakukan. Membuat konten kreatif berupa photo story dengan tema Freedom. Ya, kebebasan. Seperti IM3 Ooredoo yang kali ini memberi kebebasan para pelanggannya untuk menikmati semua layanan yang mereka punya kapan pun. Tidak ada lagi syarat-syarat yang bikin kita naik pitam lalu berseru,”Niat nggak woi ngasih bonusnya”

Peserta yang siap Hangout Bareng IM3 Ooredoo menjelajahi Kota Bandung (via: Indosat Ooredoo’s Twitter)
Karena IM3 Ooredoo tidak mau peserta hangout pulang dengan tangan hampa karena hati sudah hampa, semuanya diminta aktif baik di offline dan juga online. Mengetahui apa saja hadiah yang bakal mereka dapatkan jika keluar sebagai pemenang, satu per satu mulai terlihat fokus dengan gawai masing-masing. Dengan hastag #LoveIM3Ooredoo, followers lain dapat melihat keseruan yang kami alami. Berkat jari-jari mereka yang sungguh lihai, hastag tersebut bertengger di jajaran trending topic Indonesia.
Namun, aktivitas itu tidak berlangsung lama. Baru sampai KM berapa, suara gaduh perlahan hilang. Suasana di dalam bus jadi sunyi. Hanya satu atau dua orang yang masih melek dan memilih konser tunggal, menyanyikan semua lagu yang sudah ditentukan oleh pak supir.
Sedangkan saya yang duduk di bagian paling belakang sempat keringat dingin harus menahan kencing hampir setengah jam. Dua rest area terkena dampak orang Jakarta yang mau ke Bandung dan sekitarnya sehingga penuh dan harus antre untuk masuk. Baru di rest area ketiga saya dapat bernapas lega. Saya akhirnya pipis. Di bawah pohon. Bersama pria-pria lain yang juga menahan pipis dari mobil yang berbeda. Kalau toilet tidak penuh, mana mau saya kencing di bawah pohon. Apalagi ada seorang bapak yang nyeletuk,”Anak perempuan nggak boleh kencing di rumput-rumput nanti susah hamil.” Njir!
2. Alas Daun
Setelah pipis dan karena kebetulan juga belum tidur yang cukup, maka saya pilih tidur sepanjang perjalanan menuju Bandung. Aturan saya mau beli buku baru di ebook¸ mumpung belinya tidak butuh kartu kredit cukup dipotong pulsa saja. Apalagi Bernard memberi kami pulsa Indosat Ooredoo senilai Rp 100.000. Niat itu saya urungkan. Pulsa dari Bernard saya pakai untuk menelepon si Kawan.
Saking nyenyaknya sampai saya tak sadar kalau bus sudah sampai di Alas Daun, meeting point untuk peserta dari Bandung. Di rumah makan ini para pengunjung tidak akan menemukan keberadaan piring kaca. Piring kaca buat makan diganti daun pisang.
Coba makannya ngemper pasti lebih terasa kebersamaannya. Gunakan daun pisang berukuran besar, lalu taruh saja semua menu di bagian tengah daun supaya dapat dinikmati bersama-sama. Persis seperti anggota Pramuka yang sedang Persami, bukan? Andai daun pisang juga dibakar terlebih dulu akan tercipta aroma yang khasiatnya sama seperti minyak ikan merek ternama, dapat menambah nafsu makan. Kalau nafsu yang lain tergantung ada siapa di tempat makan itu :p

Itu bukan tanganku. Itu tangan Mas Unggul
Kasihan peserta yang dari Bandung. Hanya bisa menatap semua menu yang sudah tersaji di atas meja sampai kami benar-benar datang. Siapa coba yang bisa menahan godaan ayam bakar, karedok, tahu dan tempe goreng, empal, nasi liwet, dan sejumlah sambal yang dapat menggugah selerah makan? Maafkan kami, kawan!
Setelah dipersilahkan untuk langsung makan, tidak butuh waktu lama memindahkan ayam bakar, ikan bawal goreng, tahu dan tempe, serta lalapan ke dalam perut. Tentu tanpa menyentuh nasi sama sekali. Sayang kalau cepat kenyang gara-gara-gara nasi. Namun siang itu ada pesaing terkuat saya, the one and only Mas Unggul. Doi sanggup menghabiskan semua makanan yang terlalu lama menganggur di atas meja. 😆
Tak lama saya menyerah juga. Semua makanan ini bikin saya terkapar. Tidak sanggup lagi menghabiskan yang lain. Saya tahu masih banyak kegiatan tapi saya benar-benar menyerah. Perut kenyang ditambah udara dingin khas kota Bandung sudah tentu paling enak selonjoran yang berujung bobo siang.
Alas Daun yang terletak di Jalan Citarum Nomor 34, Cihapit, Bandung Wetan, bikin saya khilaf sekaligus kalap. Saya lupa apa itu diet. Tapi saya tidak lupa siapa kamu. Hei, kamu! Iya, kamu, yang duduk di kursi dekat meja paling pojok. Sini aku kecup dulu.
Barulah selesai makan siang kami semua saling berkenalan dengan peserta hangout bareng IM3 Ooredoo dari Bandung. Nice to know you, gaes!
3. Taman Hutan Raya Juanda
Bandung selalu punya tempat yang dapat dikunjungi setiap kali saya ke sana. Bandung tidak hanya Factory Outlet. Juga jalan Braga dan sejumlah tempat di tengah kota yang selalu menjadi perhatian sang Walikota. Jika kita mau sedikit saja merasakan macet cobalah meneseluri Bandung lebih ke dalam lagi.
Jika tiga minggu lalu saya dibawa ke Selasar Sunaryo Art Space yang tersohor itu, bersama rombongan hangout bareng IM3 Ooredoo saya dibawa Taman Hutan Raya (THR) Juanda. Di kawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman dengan luas mencapai 590 hektare membentang dari kawasan Dago Pakar sampai Maribaya inilah seluruh tim mengerjakan challenge yang diberikan.
Memang butuk waktu agak lama untuk sampai ke THR Juanda yang terletak di Kampung Pakar, Desa Cibural, Kecamatan Cimenyan. Ada kali 30 sampai 45 menit dari meeting point di Alas Daun. Rasa lelah dan sabar kita menghadapi kemacetan kota Bandung yang mirip dengan Bekasi ini bakal terbayar begitu sampai di sini.
Masing-masing tim yang terdiri dari satu Instagramers, satu blogger, dan dua peserta FOTM harus membuat konten kreatif berupa photo story dengan tema yang sudah ditentukan. Di sini fisik dan otak kami bekerja. Kerjasama tim juga diuji. Terlebih kami baru saling kenal.
Tidak sulit bekerjasama dengan Arie Novwan aka Konservatif, Ass Tika, dan Monika. Arie, pria berkacamata dengan jumlah pengikut di Instagram 300 ribuan, langsung menangkap apa yang kami mau. Kami punya ide begini, Arie dengan mudah mengeksekusinya. Hasilnya dapat kalian lihat di postingan ini.
Selain 2.500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 species, di THR Juanda terdapat juga objek wisata yang kurang afdol jika tidak dikunjungi. Satu di antaranya adalah Goa Jepang.

Selfi di tengah jalan. Bebas. Suka-suka kami :p
Kayaknya hanya tim kami yang masuk ke dalam Goa Jepang guna menghasilkan konten #LoveIM3Ooredoo yang dimau. Seru juga berfoto di sini. Bermodalkan lampu senter dan lampu kameranya Arie, tim kami dapat menghasilkan dua apa tiga foto. Goanya gelap. Bulu sedikit berdiri. Nggak tahu apa karena memang Goanya yang rada-rada seram, atau karena saya berpas-pasan sama pengunjung yang lucu. Ntahlah.
Menelusuri THR Juanda yang begitu luas sampai ke Goa Jepang yang mengharuskan kami menuruni lalu kembali menaiki hampir lima puluh anak tangga, hitungannya sudah seperti olahraga. Tampaknya semua makanan yang kami santap siang itu terbakar dengan aktivitas menyehatkan ini.
Sayang, tidak semua pengunjung dapat menghargai tempat sebagus ini. Di beberapa sudut masih terdapat oknum yang dengan santainya merokok. Dikasih tempat seluas ini biar bisa menghirup oksigen, milihnya malah menghirup asap rokok. Sudah begitu, masih ada saja yang merokok di area bermain anak-anak. 😥
4. Armor Kopi
Tanpa terasa waktu kami untuk hunting foto sudah habis. Benar-benar tak terasa kalau aktivitas kami siang itu sudah berlangsung selama satu jam. Itu juga karena ditelepon langsung sama PIC kelompoknya. Di dalam Goa Jepang sinyal IM3 Ooredoo masih berfungsi dengan baik.
Kami diberitahu untuk segera kumpul di Armor Kopi. Karena terletak persis di samping pintu masuk dan keluar, seluruh peserta hangout bareng IM3 Ooredoo dapat menikmati secangkir kopi, teh, cireng rujak, risoles, dan makanan ringan lainnya dengan pemandangan alam berupa pepohonan yang menjulang.

Ada Mas Reza! Siapa Mas Reza, googling saja! 😆
Di sinilah kami melanjutkan kembali perkenalan dengan masing-masing anggota. Sekaligus menentukan caption dan yel-yel yang harus dibawakan sebelum presentasi malam harinya.
Sekalian saya ingin tahu bagaimana seorang Arie bisa mendapat pengikut sebanyak itu di Instagram. “Gw juga nggak tahu. Malah kaget. Ternyata ada juga yang mau ngefollow gw. Kayaknya karena gw konsisten aja nge-post fotonya,” jawab Arie rada ngeselin. *jitak*.
Arie juga bilang, asah taste kita punya untuk menghasilkan foto yang bagus. Edit seadanya. Dan konsisten. Lalu perdalam lagi skill memotonya. Terpenting harus pede sama hasil jepretan sendiri.
Mumpung saya juga sering mencari Instagramer untuk diajak kerjasama, saya tanya langsung saja berapa harga yang dibandrol anak ini,“Kalau untuk produk lokal, bisa ditawarlah. Gw mendukung produk lokal. Kalau produk luar, masa iya masih ditawar juga?.”
Tak lama kemudian, satu per satu pesanan kami datang. Menurut saya, juara kelas dari camilan di tempat ini adalah cireng bumbu rujaknya. Enak banget. Tidak oily banget. Juar lainnya dan sudah tentu tiada tandingannya adalah kehadiran si pemiliknya. :p *semoga Titi tidak baca postingan ini*
5. Istirahat di hotel
Jam sudah menunjukkan pukul 04:30 sore. Tersisa tiga sampai empat jam untuk membuat presentasi. Dari THR Juanda, rombongan melanjutkan perjalanan ke penginapan di Clove Garden Hotel and Residence Bandung, Jl. Awiligar Raya II, Dago. Waktu yang mepet itu harus dipergunakan sebaik-baiknya untuk bersih-bersih, bikin yel, mengedit foto, dan menentukan alur ceritanya. Saya diberi mandat yang bikin ceritanya.
Kata demi kata untuk semua foto sudah menari-nari indah di dalam kepala saya. Namun, semuanya seakan-akan mengucapkan bye-bye begitu saya membuka laptop. Buyar. Ide itu benar-benar hilang. Akhirnya, atas keputusan bersama, cerita untuk semua foto tidak usah ditulis cukup diingat saja. Itu menjadi tanggungjawab dan tugas saya.
Saya lalu mandi. Sholat maghrib. Dan siap-siap berangkat menuju tempat selanjutnya. Hari itu saya sekamar dengan Mas Unggul. Orang yang berhasil membawa timnya jadi juara satu. KZL!

Selamat datang peserta
6. Dinner di Atmosphere Bandung
Mungkin saya tidak akan pernah makan di tempat semewah ini jika hari itu tidak ikut ke dalam rombongan hangout seru ini. Manalah mungkin remahan rempeyek kayak saya ini makan di tempat mewah sekelas Atmosphere Cafe.
Letak cafe dengan pencahayaan yang mirip rumah mewah di kawasan Pondok Indah Jakarta ini cukup jauh dari penginapan kami. Tepatnya di Jalan Lengkong Besar Nomor 97. Tempat ini dipilih karena ada rencana bakal menikmati car free night (CFN), yang mana lokasinya cukup dekat dari situ.
Sebelum presentasi dimulai, kami dipersilahkan memesan apa saja yang kami mau. Saya memesan salmon tapi lupa namanya. Yang saya ingat pesanannya Arie dan Ass Tika, salmon teriyaki. Jangan tanya bagaimana rasanya. Sudah pasti enak banget. Kalau saja urat malu saya putus mungkin saya pesan beberapa menu lainnya untuk dibawa pulang ke hotel. 😆
Baru setelah semua perut terasa penuh, satu per satu tim mempresentasikan karyanya masing-masing. Tim dua yang membawakan tema drama percintaan maju lebih dulu. Selanjutnya tim saya alias tim baper dengan tema yang terinspirasi nama Ooredoo atau kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya ‘Aku Ingin’. Lalu tim empat dengan narasi hasil karya Teh Langit yang bikin bulu kuduk berdiri saking bagusnya. Ditutup sama tim dua dengan yel-yel Sambaladonya.
Semua tim menghasilkan karya yang sangat bagus. Maka kami hanya pasrah menerima penilaian dari juri yang terdiri dari Kak Zizy dan tim IM3 Ooredoo. Keluar sebagai juara berapa saja kami siap. Sejak awal saya dan Arie mengingatkan Ass Tika dan Monika agar jangan dibawa stres. Jangan jadikan ini beban. Santai saja. Ini wadah gratis untuk kita sama-sama belajar. Mungkin dengan cara seperti ini, peserta FOTM juga mau aktif di Instagram dan blog.
Rupanya, sebagian dari mereka ada juga yang punya blog. Cuma jarang diisi dengan alasan tak punya waktu dan mandet mau menulis apa. Begitu juga dengan akun Instagram, mayoritas sudah punya hanya saja masih perlu banyak belajar lagi biar bisa seperti para Instagramer yang ikut hangout hari itu.
Hasil penilaian akhirnya keluar. Tim kami, tim BAPER alias Bawa Perubahan, dinyatakan sebagai juara tiga. Masing-masing anggota berhak bawa pulang voucher MAP 500 ribu.
Perut sudah kenyang. Ditambah pula dapat hadiah voucher dan smartphone 4G (khusus juara pertama). Maka nikmat mana lagi yang kau dustakan? :p
Seharusnya kami menikmati CFN sesudah presentasi di Atmosphere Cafe. Rencana itu harus dibatalkan lantaran makan malam baru selesai sekitar pukul 10:30 malam. Sedangkan kegiatan CFN berakhir di jam yang sama. Kekeuh tetap ingin ke sana tapi batal lagi-lagi karena macet. Tidak mungkin kami turun lalu berpencar. Mending putar balik lalu kembali ke hotel untuk istirahat.
6. Belanja di Rumah Mode
Pagi dirasa cepat kehadirannya. Tanda beberapa jam ke depan kami harus berpisah. Sungguh berat mengingat kami baru saja saling dekat. Bahkan ada yang terlanjur jatuh cinta. *lirik orangnya*.
Supaya perpisahan terasa manis, sebelum peserta hangout bareng IM3 Ooredoo kembali ke rumah masing-masing, kami semua diberi uang saku untuk dihabiskan di Rumah Mode. Bagi siapa yang berhasil menghabiskan uang itu dengan membelanjakan lebih dari satu, dua, atau empat item dinyatakan sebagai pemenang yang berhak mendapat voucher MAP 200 ribu.
Ternyata saya cukup lihai dalam hal berbelanja. Saya dapat empat item berbeda dengan total belanjaan sebesar Rp 398 ribu. Lumayan, yes?
Kami benar-benar harus berpisah setelah makan siang. Bus harus segera pulang ke Jakarta supaya tidak terlalu sore sampai di meeting point. Tapi kami sudah berjanji saling menghubungi jika mereka yang dari Bandung main ke Jakarta, begitu juga sebaliknya.
Sungguh hangout yang mengasyikkan. IM3 Ooredoo tidak membiarkan semua peserta pulang begitu saja tanpa membawa apa-apa. Selain ilmu yang baru tentunya. Saya berharap masih ada acara seseru ini ke depannya.
Terimakasih banyak IM3 Ooredoo. Ai laff yu so mach! Kiss.. Kiss.. Muach.