Monthly Archives: July 2016

Mudik ke Medan Sambil Cari Pokemon

Mudik ke Medan, Sumatera Utara, yang terjadi pada Jumat lalu meninggalkan kesan begitu dalam. Empat hari di kota penghasil durian terbaik di Indonesia kami gunakan untuk silaturahmi. Ke rumah saudara papa, mengunjungi rumah sepupu, sampai bertamu ke rumah sahabat-sahabat papa dan mama membuat saya tak sempat melarikan diri untuk sekadar wisata kuliner khas Medan atau mencari oleh-oleh khas Medan.

Papa, mama, saya, dan adik lahir di Medan. Ketika adik berumur tiga atau empat tahun, papa dipindahtugaskan ke Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, sehingga adik kerap uring-uringan karena bingung mau ke mana selama liburan di Medan. Teman tak punya. Mau main sama saudara tak pernah kenal dan dekat.

Sementara saya, sudah menyiapkan banyak rencana selama di kampung halaman, termasuk mencari Pokemon yang ternyata kosong alias tidak ada sama sekali. Yang CP Pokemon rendah sekali pun tetap tak ada. Mungkin para Pokemon kehabisan tiket pesawat ke Medan atau menunggu harga tiket pesawat  murah. Meski begitu mudik ke Medan kali ini masih tetap seru.

Penginapan di Medan favorit kami

Papa sudah tidak punya tempat tinggal lagi. Maka ketika memilih penginapan selama di Medan, papa mau yang ada ruang tamunya. Dan Apartemen Grand Aston City Hall Medan memenuhi semua kriteria papa. Lokasi strategis, berasa tinggal di rumah sendiri karena ada ruang tamu, ruang makan, lengkap dengan kompor dan kulkas, dan harga per malam Apartemen Grand Aston City Hall jauh lebih murah ketimbang kamar hotelnya.

Mudik ke Medan pasti bermalam di Grand Aston ini

Papa dan mama bukan tidak mau menginap di rumah saudara. Papa hanya tidak mau merepotkan saudara. Kan tidak mungkin, ketika teman, sahabat, atau saudara jauh papa datang malah disuruh cepat-cepat pulang lantaran nggak enak sama yang punya rumah karena sudah malam. Sedangkan papa dan mama doyan sekali ngobrol. Bisa lho melepas rindu semalam suntuk.

Nah, alasan lain yang bikin betah menginap di Apartemen Grand Aston City Hall Medan adalah mereka punya petugas cleaning service yang cekatan, fasilitas olahraga yang terawat dengan baik dan lengkap, WiFi kencang banget, dan ada clubbing di lantai dasar. Hi hi hi :p

Buat yang penakut kayak saya tapi doyan kelayapan malam-malam, security di sana bersedia mengantarkan sampai ke lantai di mana kamar kita berada. Ini hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih tempat menginap.

Keponakan di Binjai kayak bayi Jepang

Yang kami lakukan di hari pertama, sebelum dan setelah istirahat sebentar untuk sholat Jumat adalah ke rumah kakaknya kakek yang sudah saya anggap seperti nenek sendiri. Saking dekatnya jadi kayak nenek kandung sendiri. Bisa gelendotan, manja-manjaan, bahkan waktu saya sunat, kakaknya kakek yang biasa saya panggil Mbah Wedo inilah yang merawat saya.

Yang dicari mama kalau mudik ke Medan

Lepas dari situ, kami yang diantar sahabat-sahabat papa, makan miso Methodist yang sekarang berada di dekat air pancur, tak jauh dari SMA Negeri 1 Medan. Sambil menunggu pengumuman anaknya sahabat papa, apakah keterima di SMA Negeri 4 atau tidak. Terakhir, ke rumah sahabat papa yang satunya lagi untuk bertamu, sekaligus merayakan kelulusan tersebut, dan pesta kecil-kecilan menyambut ulangtahun si adik ke-21 tahun yang jatuh ke-esokan harinya.

Si Bayik Jepang yang pipinya macam bakpau

Di hari ke-2, Winda, sepupu saya (cucu Mbah Wedo), mengajak ke Binjai, bertamu ke rumah sepupu kami bernama Denny. Seorang dokter fisioterapi di salah satu rumah sakit di kota Binjai. Sebetulnya, Denny dan istri yang mau menemui kami di Medan. Namun, rencana harus diubah karena di Jumat malam telah terjadi satu peristiwa yang membuat dia syok. Yang membuat dia sulit tidur.

Denny baru dikaruniai seorang anak laki-laki yang sekarang sudah berumur 1,9 tahun. Anaknya lucu banget kayak bayi-bayi keturunan Jepang gitu. Padahal, emak sama bapaknya orang Binjai, nggak ada sedikit pun darah Jepang mengalir di tubuh keduanya.

Orang-orang ini bakal marah kalau pas mudik ke Medan tidak kasih tahu

Tapi, sewaktu masih kanak-kanak, Denny memiliki kadar kegantengan yang tak ada satu orang cucu mampu melawan. Kalau dijejerin, Denny dan bang Indra (abangnya), berada di barisan paling depan sebagai cucu yang paling ganteng. Almarhum papanya juga ganteng. Wajar kalau sekarang anaknya juga berparas tampan dan menggemaskan.

Waktu Mudik ke Medan sekitar dua tahun lalu, bayi Jepang bernama Azka ini masih di dalam perut mamaknya. Sekarang sudah besar saja. Untung anaknya nggak rewel dan mau saya gendong. Aha, Azka punya koleksi yang sama seperti saya, yaitu mengenakan topi ketika  bepergian. Lihat, topi kami mirip.

Wisata kuliner di Binjai

Mudik ke Medan tanpa wisata kuliner? Pulang, gih! Kagak usah sok-sok diet kalau lagi di Medan. Banyak makanan menggiurkan yang memanggil-memanggil untuk segera ditelan.

Tidak banyak makanan yang saya santap selama di Medan. Baru beneran wisata kuliner ketika di Binjai. Denny, Teza (istri Denny), Winda, dan Maoli (calon suami Winda) mengajak ke Kampung Kuliner. Teza bilang, bebas, mau pesan apa saja, mereka yang bayar. Ya, saya ditraktir sama mereka. Si Winda sama Maoli lagi diet, jadi makannya agak sedikit dari biasanya. Biar baju pengantinnya muat. Deadline mereka sebulan lagi soalnya.

Martabak Aceh. Nggak mudik ke Medan pun masih suka makan mi Aceh. Tapi yang ini beda

Roti tisu salah satu kuliner khas Medan yang harus dicoba ketika kalian mudik ke Medan

Beneran kepiting, njir!

Setelah kenyang menyantap nasi goreng bombai, mi aceh, kue tisu, dan satai, kuliner kami malam itu ditutup dengan durian Medan yang rasanya aduhai nikmatnya.

Mudik ke Medan sama saja dengan menggeser angka di timbangan menjadi lebih besar.

Kumpul bersama keluarga kakek dari papa di Tebing Tinggi

Tujuan kami mudik ke Medan yang sebetulnya adalah untuk menghadiri kumpul bersama keluarga kakek dari papa di Tebing Tinggi. Yang ternyata jumlahnya banyak banget. Kalau kemarin itu ada sesi foto keluarga, dipastikan akan dilakukan di tanah lapang yang luas sekali.

Tidak semua hadir di acara itu. Sedih, tidak bisa bertemu semua. Sebab, saya tidak pernah tahu atau siapa saja saudara-saudara dari keluarga kakek. Kecuali anak kandung kakek. Kayak keponakan kakek yang ternyata pacar teman saya ketika SD dulu, baru saya ketahui setelah kenalan lalu berteman di Facebook.

Alasan terbesar papa mau mudik ke Medan tahun ini adalah bertemu mereka

Namanya juga orang Medan, nggak lengkap kalau bikin acara kumpul-kumpul tidak ada organ tunggalnya. Tante dan om saya gemar sekali bernyanyi. Satu sepupu saya ada yang menjadi penyanyi rekaman yang terkenal di kota Medan, saya-lupa-siapa-namanya padahal papa koleksi semua kasetnya.

Kedua adik ayahnya papa yang sudah kami anggap seperti kakek dan nenek kandung

Dari acara itu, saya jadi tahu siapa adik-adiknya kakek. Dua di antaranya yang ada di foto ini. Yang laki-laki pernah menginap selama satu bulan di rumah kami di Ciputat. Jadi sudah cukup akrab. Sementara yang nenek, baru kemarin itu kami berjumpa. Untuk dekat sama beliau tak butuh waktu lama. Setelah ngobrol banyak hal, begitu mau pamit pulang malah sedih.

Alhamdulillah, semuanya sehat dan tanpa kekurangan apa pun.

Bertemu Bou Fitri, sahabat mama yang sudah kayak saudara sendiri

Dari Tebing Tinggi kami lanjut ke daerah Belawan. Satu harian digunakan untuk roadshow yang jarak dari satu tempat ke tempat yang lain cukup jauh. Bokong terasa panas. Beruntung pemandangan di sisi kiri dan kanan jalan selama menuju Belawan tak bikin mata sakit. Kebun kelapa sawit yang terawat, rumah kampung yang masih berdiri tegak, dan kerbau yang tak jarang membuat jalan sekitar situ jadi tersendat.

Kami mau bertemu Bou Fitri, sahabat mama yang sudah kami anggap kayak saudara sendiri. Ketika rencana mudik ke Medan dibicarakan, mengunjungi rumah mau masuk ke dalam list rumah saudara yang harus didatangi. Bou Fit adalah orang yang selalu ada setiap kali kami mengalami kesusahan sewaktu masih tinggal di Medan. Bou Fit juga setia menjaga mama selama proses melahirkan saya dan adik. Waktu saya lahir, papa sedang tugas di Aceh. Waktu adik lahir, bidan yang akan membantu proses keluarnya dia dari rahim mama adalah sahabat mama dan Bou Fit.

Bou Fitri.

Bou Fitri lagi dalam proses pemulihan setelah dirawat selama hampir sebulan karena radang lambung. Beliau rela masak semua makanan ketika tahu kami akan bertamu ke rumahnya. Bou kemarin cerita, bantuan beras yang dia terima setiap bulan harus dihentikan karena para tetangga menganggap beliau punya uang lebih waktu berlibur ke Malaysia. Padahal, semua biaya selama ke dan di Malaysia ditanggung keponakannya yang dia urus sejak kecil. Tapi Bou pasrah dengan keputusan itu. Menurut dia, yang namanya rezeki bisa datang dari mana saja.

Makan mi rebus Glugur

Ritual wajib papa saat mudik ke Medan adalah makan mi rebus Glugur. Papa itu paling anti kalau diajak makan di pinggir jalan di Jakarta. Bukan sok atau bagaimana, papa punya masalah kesehatan yang membuat perutnya berontak setiap kali salah makan. Tahu sendiri meracik makanan khas tenda-tenda pinggir jalan kayak apa.

Mi rebus Glugur. Favorit papa setiap kali mudik ke Medan harus ke tempat ini

Sementara di Medan, papa punya keyakinan bahwa meski tenda pinggir jalan tapi bersih dan tidak sembarangan dalam memilih bahan masakan. Termasuk sambal dan bumbu-bumbu yang digunakan.

Selain rasa mi rebus Glugur yang enaknya ampun-ampunan, ada satai kerangnya juga. Si Kawan pernah bilang, bukan durian atau makanan macam-macam yang dia cari kalau mudik ke Medan, melainkan satai kerang. Harga satai kerang di sana murah, nggak seperti di sini, yang satu tusuk bisa sampai Rp8 ribu. Sedeng.

Harga satai kerang di Medan masih jauh lebih manusiawi ketimbang di sini

Kemudian bingung mau menulis apa lagi tentang mudik ke Medan selama empat hari kemarin. Lupa bawa catatan jadinya bingung mau cerita soal apalagi. Kalian mudik juga? Mudik ke mana? Cerita dong.

Pokemon Go Cara Tuhan Ingatkan Kita untuk Rajin Ibadah

Setelah dilanda demam Pokemon Go empat hari terakhir ini, saya jadi punya pandangan, apakah begini cara Tuhan mengingatkan umat-Nya untuk lebih rajin beribadah?

Jangan emosi dulu. Topik ini saya pilih lantaran bingung mau menulis tentang Pokemon Go dari sudut mana. Cara bermain Pokemon Go sudah pasti banyak bloger dan media yang mengulasnya secara lengkap. Pun latar belakang dibuatnya gim berbasis augmented reality ini.

Pertama kali tahu gim Pokemon Go dari teman-teman di Path. Termasuk si Kawan yang menghilang entah ke mana di lebaran kedua. Sempat kasih kabar kalau doi lagi lari-lari sore. Persiapan untuk ikut acara lari di Juli atau Agustus, katanya. Tahu-tahu muncul postingan “Nggak percuma lari 5K. Banyak dapat Pokemon” di Path-nya. Dafuq!

Dari situ saya jadi penasaran sama Pokemon Go, gim yang jumlah unduhan aplikasi dalam sehari telah menyaingi jumlah unduhan aplikasi Twitter. Langsung saya hubungi teman dari kanal Tekno Liputan6.com untuk kasih tahu cara download Pokemon Go ini. Tak lama Damar memberi saya tautan. Klik. Download. Sign up. Main, deh. Lho, kok tampak seru?

Pokespot Pokemon Go banyak di rumah Ibadah

Pengertian Pokespot di gim Pokemon Go adalah titik keberadaan dari Pokemon yang harus kalian tangkap. Sadar atau tidak, pokespot banyak mengarah ke rumah Ibadah. Baik itu masjid, gereja, maupun pura.

Kondisi ini yang saya sebut beginikah cara Tuhan menegur atau mengetes ke-Iman-an Umat-Nya? Lewat gim Pokemon Go.

Jarak rumah ke masjid ini 1 kilometer. Hampir nggak pernah ke sini 😀 Karena Pokemon Go jadi tahu kalau di depan masjid ini banyak jajanan enak

 

Masjid ini kalau dilihat dari maps Pokemon Go dekat dengan Kandang Jurang Doank. Rada gelap mau ke daerah sini

 

Nah, kalau ini di belakang rumah yang terletak di komplek depan. Imam masjid sini bacanya cukup lama dan panjang 😀

 

Nah, mushola ini, dulunya tempat saya mengaji. Sekarang masih dipakai anak-anak komplek dan kampung depan untuk mengaji

 

Jauh-jauh ke Belpark One CIlandak, pokespot Pokemon Go-nya masjid juga

Ada masjid yang baru saya ketahui keberadaannya setelah bermain gim berbasis GPS yang memang mengharuskan pemain berkeliling mencari keberadaan Pokemon. Saya rada enggak enak hati mau ke tempat itu. Apalagi mengkhususkan untuk mencari monster. Sudahlah jarang sholat di masjid, sekalinya ke masjid cuma buat menangkap Pokemon? Mending kalau sekalian sholat di situ, kalau enggak? Apakah kalian tidak takut dengan laknat Allah? *digebuk massa*

Bahkan satu Pokespot di daerah rumah saya adalah bekas masjid tempat saya mengaji dulu. Waktu masih menganggap tukang jualan otak-otak adalah orang paling kejam di dunia karena menjual organ penting dibungkus daun pisang, saya selalu pergi ke masjid itu untuk belajar Alif – Ba – Ta – Tsa – Jim sama guru yang galaknya melebihi ibu-ibu berjilbab naik motor mau belok kanan tapi lampu sign kiri.

Cara download Pokemon Go

Yang saya tahu setelah baca-baca artikel di Tekno Liputan6.com, gim ini belum bisa dinikmati para gamers di Indonesia. Namun, orang Indonesia itu dikenal punya banyak akal, meski belum dirilis tapi sudah bisa men-download Pokemon Go lewat beberapa cara.

Kamu yang anak iOs harus terlebih dahulu membuat Apple ID wilayah US, Australia, atau New Zealand. Penduduk di Jepang juga bernasib sama kayak di Indonesia, harus log out dari Apple ID masing-masing.

Setelah dinyatakan berhasil, silakan cari aplikasi Pokemon Go di AppStore.

Bagaimana nasib pengguna Android? Kamu tidak akan menemukan gim ciptaan Niantic Lab, Nintendo, dan Pokemon Corp di Play Store. Kamu harus unduh aplikasi di link mirror, lalu instal, deh. Kemarin sempat muncul isu kalau sampai banyak orang yang melakukan itu, gim ini akan di-banned dan tidak akan masuk ke Indonesia. Kamu percaya? Berarti kamu masih meragukan kepintaran orang-orang di Tanah Air tercinta ini.

Pokemon Go tidak cocok buat orang pemalas dan penakut

Seperti yang saya tulis di atas bahwa Pokemon Go adalah permainan yang mengharuskan pemainnya yang disebut trainer mencari keberadaan Pokemon. Gim ini berbasis GPS sehingga mudah sekali untuk mencari tahu keberadaan monster-monster lucu dan menggemaskan itu.

Cukup banyak teman-teman saya yang nekat mencari Pokemon untuk mereka pelihara yang nanti akan mereka adu ketika sudah berada di level lima. Malam sekali pun mereka jabanin. Kalau saya emoh. Saya ini penakut. Sudah pasti malas mau keluar rumah hanya untuk mencari keberadaan Pokemon yang kebanyakan berada di luar komplek. Bo, wilayah rumah saya ini gelap gulita. Minim sekali cahaya. Wajar kalau Pokemon ogah ke wilayah sini, lah tukang sekoteng atau mi ayam saja ogah lewat depan komplek rumah saking gelapnya.

Dan hal serupa berlaku untuk orang yang malas gerak. Mereka beranggapan saya sekali badan ini dipakai hanya untuk mencari Pokemon dalam bentuk virtual. Tapi sebagian orang justru jadi rajin lari-lari gara-gara Pokemon Go. Selain dapat keringat dan sehatnya, dapat juga Pokemon yang jadi incaran.

Bahkan orang yang tidak pernah ke gym mendadak getol mencari keberadaan gym. Sayang bukan buat olahraga melainkan mengadu Pokemon yang sudah mereka dapatkan.

Hal negatif dan positif dari bermain Pokemon Go

Pokemon Go yang mengharuskan pemain mencari Pokemon yang tersebar di banyak tempat di dunia nyata dianggap oleh Psikolog dari Tiga Generasi, Tiara Puspita, sebagai gim yang memiliki banyak nilai negatif. Terlebih kemunculan gim ini sehari setelah Idulfitri, yang mana tradisi orang kita adalah bertamu dari satu rumah saudara ke rumah saudara yang lainnya.

Takut momen-momen sakral yang terjadi mungkin hanya satu tahun sekali hilang begitu saja karena kita sibuk dan terlalu fokus sama gim Pokemon Go. Kan nggak lucu kalau tiba-tiba kita pamit keluar dan baru kembali ke rumah saudara di saat keluarga yang lain mau pamit pulang.

Akan tetapi di sisi lain, kehadiran Pokemon Go juga bisa digunakan sebagai alat untuk mempererat hubungan orangtua dan anak.

Tiara bilang, orangtua bisa memanfaatkan momen mencari keberadaan Pokemon sebagai cara agar lebih dekat lagi dengan anak. Terlebih buat para orangtua yang super sibuk. Atau orangtua bisa mengawasi anak selama mereka berburu Pokemon. Pokemon Go ini pun bisa jadi petualangan kecil-kecilan bersama buah hati tercinta.

Cara bermain Pokemon Go juga dinilai oleh Tiara sebagai kesempatan besar bagi orangtua menginformasikan tempat yang akan anak tuju sehingga mereka jadi tahu akan sejarah dari tempat itu.

Usia berapa seorang anak boleh bermain Pokemon Go?

Pokemon Go dianjurkan untuk dimainkan oleh anak-anak yang sudah berumur 10 tahun atau lebih. Umur anak kamu masih di bawah 10 tahun? Sebaiknya jangan.

Menurut penjelasan Tiara, dari segi pemikiran, anak-anak berumur 10 tahun ke atas sudah bisa membedakan mana yang konkret dan virtual.

Kemampaun berpikir konkret anak-anak umur segitu sudah lebih bagus. Sedangkan anak-anak yang umurnya di bawah 10 tahun masih perlu diawasi dalam bermain Pokemon Go.

Beres-beres Kamar Tidak Boleh Dipaksakan

Mama geleng-geleng kepala melihat kamar saya yang persis kapal pecah. Sudah lama mama menyuruh untuk beres-beres kamar, tapi saya malah cuek dan membiarkan kamar berantakan. Tas di mana-mana, topi berada tidak di tempat semestinya, dan sulit mencari baju atau celana yang belum pernah dipakai karena asal saja menaruh pakaian yang habis disetrika.

Saya punya keyakinan bahwa merapikan kamar harus dilakukan atas dasar kemauan sendiri bukan paksaan dari pihak mana pun. Mood sedang tidak asyik, beres-beres kamar akan menjadi kegiatan yang sia-sia. Pernah satu waktu malah saya tinggal tidur.

Kebetulan Sabtu ini saya tidak piket sehingga punya banyak waktu di rumah. Mengingat empat hari lagi lebaran, dari kemarin sudah saya niatkan untuk beres-beres kamar hari ini. Kalau biasanya habis subuh saya lanjut tidur lagi, tadi langsung masuk kamar, dan benar kata mama, sulit membedakan mana kamar, mana gudang, dan mana kapal yang sudah tak layak berlayar.

Kamar berantakan hanya bikin kepala pusing. Bingung mau memulai dari mana beres-beres kamar pagi tadi

Lebaran tahun ini giliran rumah mama yang jadi pusat berkumpul semua keluarga. Sekalian arisan keluarga mama. Dengan begitu akan banyak saudara yang menginap di rumah. Kalau kamar tidak segera dibereskan yang ada mama semakin meradang.

Kapan waktu yang tepat buat beres-beres kamar?

Pagi hari cocok digunakan untuk beres-beres kamar. Sekalian olahraga. Konon, beres-beres kamar selama 30 menit dapat membakar 300 kalori. Dan mood di pagi hari sedang baik-baiknya.

Sebisa mungkin lawan rasa kantuk yang biasa terjadi di bulan ramadan. Kalau diulur-ulur, apalagi pakai tidur segala, biasanya niat merapikan kamar akan hilang. Pasti akan malas dan memilih tidur lagi. Beresin kamarnya kapan? Besok! Syukur kalau tidak lupa sama niatnya.

Cukup rapi setelah beberes kamar. Sudut favorit di kamar

Waktu yang saya habiskan untuk membersihkan dan merapikan kamar yang berada di lantai dua sekitar tiga jam-an. Itu juga diselingin dengan balasin pesan yang masuk di WhatsApp, cek Path, Twitter dan Facebook, dan buka Youtube.

Pekerjaan selesai, saya bisa lanjut tidur lagi sampai Dzuhur. Ya, meski nggak senyenyak kalau tidur habis Subuh 😆

Beres-beres kamar mulai dari mana?

Kamar tidur saya berisi satu ranjang untuk satu orang (bisa buat dua orang kalau kepepet), satu  lemari yang terdiri dari dua bagian, pohon topi, televisi, pengeras suara, dan rak berisi buku dan Al-Quran.

Pohon topiku

Dari semua itu sudah jelas lemari pakaian yang paling berantakan. Saya pilih merapikan pakaian di lemari terlebih dahulu. Tidak butuh waktu lama, kok. Setelah menyortir mana baju kerja, baju dalaman, baju tidur, dan baju Sholat, masukin lagi saja di lemari. Ditaruh berdasarkan tingkatannya. Begitu juga dengan celana, termasuk sempak, singlet, dan kaos kaki.

Menyortir dan memisahkan pakaian kerja, baju dalaman, baju tidur, dan baju sholat saat merapikan lemari. Mulailah beres-beres kamar dari sini

Baru setelah itu mengelap rak beserta perintilan yang ada di atasnya. Berdebu, kayak blog yang nggak pernah di-update. Untungnya nggak ada sarang laba-laba.

Nah, yang terakhir merapikan tempat tidur. Saya mau suasana baru, geser-geser tempat tidur, akhirnya dapat posisi yang pas, menghadap ke teve. Seprai, bantal dan guling beserta sarungnya diganti yang baru sama mama.

Beneran nggak rela kalau sampai kotor dan kamarnya berantakan lagi

Beres semuanya, baru deh lantai kamar disapu dan dipel. Giliran sudah rapi begini malah sayang untuk ditiduri. Rada nggak ikhlas kalau diberantakin lagi.

Lengkapi peralatan tempur

Satu kebiasaan yang selalu saya lakukan ketika beresin kamar adalah menyiapkan semua alat tempurnya. Sapu, kain pel, pewangi lantai, dan perintilan lainnya harus berada tak jauh dari genggaman tangan. Paling malas pas mau ngepel, ternyata kain pel ada di lantai bawah. Memang hitung-hitung olahraga tapi kalau bisa dipersiapkan dari awal, kenapa nggak? Kan lagi puasa!

Buang-buang yang nggak penting

Menurut saya, hal tersulit dari seluruh rangkaian kegiatan beres-beres kamar ini membuang sesuatu yang nggak penting. Begini, sesuatu yang orang lain anggap tidak penting, bisa jadi sangat penting buat kita. Sekarang memang nggak penting, ke depan siapa yang tahu? Bisa saja buku yang kita anggap sudah layak untuk dibuang satu hari nanti sangat diperlukan.

Baju juga begitu. Butuh waktu untuk memastikan beberapa baju sudah layak untuk dibuang atau diberikan orang-orang yang membutuhkan. Baju ukuran XXXL saya tempo hari ternyata berguna untuk pedagang nasi goreng di komplek rumah depan. Dijadikan clemek sama dia. 😆

Menemukan harta karun saat beres-beres kamar

Selalu saja menemukan “harta karun” setiap kali saya membersihkan kamar. Saya ini orangnya teledor banget. Menaruh barang sembarangan. Cenderung nggak ingat sama barang yang dimiliki. Pas lagi beres-beres kamar, ketemu aja gitu sama barang-barang yang saya sendiri lupa pernah punya, pernah beli, atau pernah dapat itu barang dari mana.

Ini beberapa barang yang saya temukan dari kegiatan beres-beres kamar pagi tadi.  Dua powerbank dan voucher Carefour dari acara blogger, serta jam tangan yang saya beli di Garuda. Saya saja lupa alasan membeli jam tangan tersebut.

Kamar saya sudah rapi sekarang. Kemungkinan tidak akan saya tempati sampai malam takbiran. Sudah seminggu ini saya tidur di kamar tamu di lantai bawah. Gara-garanya saya parno sendiri habis mengunggah segala sesuatu tentang Valak di Path, nggak bisa tidur, dan mengungsi ke kamar bawah yang bersebelahan dengan kamar orangtua. 😆

Kalian sendiri punya cerita menarik saat beres-beres kamar nggak? Ceritain, dong!