Monthly Archives: April 2018

Jadi Banyak Tahu Soal Soto Selama di Festival Jajanan Bango 2018

Soto pakai sapi. Coto pakai capi. Dan sroto pakai srapi. Itulah yang membedakan antara soto, coto, dan sroto…

Festival Jajanan Bango 2018 pada Sabtu (14/4) dan Minggu (15/4) tidak hanya membahagiakan perut semata. Otak saya turut merasa bahagia karena dapat pengetahuan baru mengenai ragam soto di Indonesia.

Sebanyak 83 jenis makanan tersaji di perhelatan akbar yang merupakan wujud komitmen Kecap Bango untuk melestarikan warisan kuliner Indonesia. Mulai dari mi aceh, pempek Palembang, kerak telor Jakarta, pallu basa Makassar, dan masih banyak lagi. Sampai-sampai pengunjung bingung mau coba yang mana.

Untung saya lebih dulu mengecek daftar makanan di situs resmi Kecap Bango sebelum ke FJB 2018. Mata dan perut sepakat memilih lima jenis kuliner untuk disantap. Terdiri dari ayam penyet, jajanan ala-ala Pasar Baroe, dan tiga macam soto.

festival jajanan bango 2018 kaya soto

Di saat yang lain susah payah untuk melihat wujud makanan di FJB 2018, saya dengan mudahnya melihat dari atas. Ha ha ha (difoto Angga)

Alasan memilih tiga jenis soto  guna menyesuaikan konten yang saya punya yaitu beda tapi sama. Walaupun nama dan penyajian berbeda tapi sama-sama soto. Karena selama ini pengetahuan saya soal makanan berkuah kaya rempah ini sebatas soto ayam, soto Betawi, dan soto Padang. Namun, Festival Jajanan Bango 2018 menyadarkan saya bahwa soto tersebar dari Sabang sampai Merauke dengan nama yang tidak sama.

Setidaknya ada 15 jenis soto hadir di Festival Jajanan Bango 2018. Jumlahnya lebih banyak dari jenis kuliner yang lain. Dan tentu saja ini bukan tanpa alasan.

ragam soto di FJB 2018

Daftar Menu Soto di Festival Jajanan Bango 2018 di Jakarta

Saya sempat mengobrol dengan mas Arie Parikesit. Saya kepo kenapa tahun ini soto yang paling banyak dijaja? Sampai-sampai ada ‘Kampung Soto’ di tengah kemeriahan FJB 2018.

Menurut pembawa acara Kelana Rasa Trans TV ini, Kampung Soto merupakan bentuk dukungan Bango terhadap salah satu program yang tengah dikembangkan Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Bekraf) yaitu ‘Kuliner Rasa Indonesia Mendunia’.

Bekraf memang lagi gencar mempromosikan soto nusantara. Soto diharapkan bisa setenar rendang maupun nasi goreng di kancah internasional. Sehingga masyarakat dunia tahu bahwa sudah lama Tom Yam khas Thailand punya pesaing kuat.

Namun, sebelum menyadarkan Barack Obama, Mark Zuckerberg, Zayn Malik, maupun Justin Bieber, masyarakat Indonesia harus lebih dulu disadarkan akan keberadaan soto ini.

Jumlah soto di Indonesia

Soto di nusantara ini berjumlah 74 macam… kata mas Arie.

Dari jumlah sebanyak itu orang hanya mengenal beberapa jenis saja. Termasuk juga saya yang mungkin tidak lebih dari 10 macam.

Bukti kecilnya ketika mas Arie mengadakan gim buat blogger dan vlogger yang hadir pada FJB 2018. Kebetulan yang maju adalah saya dan Gladis, istri Ariev Rahman. Beliau meminta kami menyebut 10 nama soto nusantara. Apa kami bisa langsung jawab? Tidak!

kenyang soto di festival jajanan bango 2018

Walaupun rada lama menjawab nama soto, tapi berhasil juga dapat voucher Rp100 ribu dari Mas Arie. Yeay! (Dok: @CeritaGiovanni)

Kami rada kelabakan menjawab pertanyaan semudah itu. Butuh lima menit sampai pada akhirnya saya dan Gladis berhasil membeberkan nama-nama soto, dengan sedikit mengintip ke area Kampung Soto di Festival Jajanan Bango 2018 tersebut.

Banyak hal soal soto yang saya tanyakan ke beliau. Dari sejarah penamaan sampai macam-macam soto yang mungkin kurang familiar di telinga kita.

Kata ‘soto’ berawal dari cauto yang artinya adalah jeroan yang dimasak rempah-rempah. Pada zaman itu, cauto kental akan nuansa Tiongkoknya. Seiring perkembangan zaman, cauto diadaptasi dan diolah sedemikian rupa, sehingga cauto yang sekarang berbeda sekali dengan penamaan jeroan masak rempah-rempah saat itu.

Kemudian, penamaan soto setiap daerah berbeda-beda. Ada soto, coto, sroto, dan ada tauto. Semua masih dalam genre soto.

Baik yang santan maupun bening, memiliki satu garis merah, banyaknya rempah-rempah yang dipakai, dan tambahan kecap..

Penggunaan dagingnya juga bermacam-macam. Tidak selalu ayam maupun daging sapi. Bahkan, ada yang memakai daging kerbau dan kuda.

Coto di Makassar jelas berbeda dengan sroto dari Banyumas. Isian pada semangkuk coto biasanya daging dan jeroan. Sementara sroto, bisa pakai ayam atau daging sapi, tapi yang membuat sajian ini kian nikmat karena ada tambahan sambal kacang.

Beda lagi kalau kita mampir di Pekalongan dan Tegal. Kata mas Arie, dua daerah itu memakai sambal dari tauco. Demi apa pun saya harus coba tauto dari Tegal. Iman saya lemah bila di hadapan saya tersaji makanan yang ada campuran tauconya.

“Dari Padang, Aceh, Palembang, seluruh Jawa bahkan sampai di Sasak pun ada soto…”

Empal Gentong Cirebon Masih Keluarga Soto

Mula-mula saya merasa aneh oleh keberadaan empal gentong di Kampung Soto. Mengapa makanan satu ini bisa nyangsang di area tersebut?

Sebatas yang tahu, empal gentong lebih mirip gulai biasa. Tidak tahunya warisan kuliner masyarakat Cirebon ini masuk genre soto.

Walaupun namanya empal gentong tapi berbeda sama empal yang sering makan. Yang daging goreng itu. Empal gentong khas Cirebon ini isinya daging dan jeroan disiram kuah santan…

Gila! gila! gila! Ilmu per-soto-an saya bertambah lagi. Memang tidak salah apabila Bekraf berkeinginan menduniakan soto nusantara. Dan saya mengapresiasi cara Bango mendukung program tersebut dengan membuat kampung khusus makanan berkuah yang paling enak disantap saat udara sejuk di Festival Jajanan Bango 2018.

Setelah dahaga akan per-soto-an nusantara terisi penuh, kedua kaki jadi lebih ringan untuk melangkah mencari soto incaran saya. Ada soto bangkong, pallu basa, dan soto pindang Iga dari Palembang.

Tidak jauh dari kantor saya ada Rumah Makan Soto Bangkong. Enggak makan siang maupun makan malam, selalu ramai pengunjung. Hal itu yang buat saya penasaran ingin mencobanya.

Bangkong itu nama daerah di Semarang. Itu soto khas Semarangan…

Kenapa harus menunggu di FJB 2018? Kenapa tidak langsung di rumah makan tersebut?

Rumah makan itu nyaris selalu ramai. Saya lewat di situ pun sekalian pulang ke rumah. Yang mana biasanya sudah dalam keadaan kenyang habis makan makanan dari katering kantor. Alasan paling utama sebenarnya takut harganya mahal. Secara yang makan di situ rata-rata bermobil.

Soto Bangkong dan Pallubasa

Saya membayar Rp35 ribu untuk seporsi soto bangkong. Isinya suiran daging ayam, tomat yang diiris kecil-kecil, bihun, dan tauge. Kuahnya bening agak kecokelatan. Rasanya gurih dan sedikit manis karena tambahan kecap di kuahnya.

soto bangkong hadir di festival jajanan bango 2018

AHA! Soto Bangkong In Da House Yo!!!

Saya sengaja tidak pakai nasi karena sudah ada bihun dan takut kenyang duluan. Masih banyak makanan mengantre untuk saya santap. Sehingga saya tidak boleh terlalu kenyang.

Yang menarik dari soto bangkong ini adalah keberadaan sate kerang. Sebenarnya ada pilihan lain seperti telur puyuh atau tahu dan tempe. Akan tetapi saya lebih memilih sate kerang. Kapan lagi makan soto ada sate kerang tapi lagi tidak di Medan?

Menurut saya, seporsi soto bangkong ini cocok di lidah saya. Walaupun rasanya masih terlalu manis untuk saya yang sangat menyukai pedas. Dan takaran bihun yang menurut saya kebanyakan, tidak sebanding dengan isian yang lain.

Makanan berikutnya yang saya jajal adalah pallubasa Makassar. Tidak ada yang spesial untuk yang satu ini karena pernah mencoba langsung di daerah asalnya, dan yang pesan kemarin tidak menggunakan buras maupun nasi putih melainkan ketupat yang menurut saya agak keras, karena mungkin terlalu padat.

Kuahnya enak. Bumbu-bumbunya terasa pas. Hanya saja yang kemarin itu sudah agak dingin, mungkin si penjual lupa untuk memanaskan kuahnya. Jadi terasa kurang segar saja.

Soto Pindang Iga dari Sumatera Selatan

Nah, yang terakhir ini adalah sang juara umum. Soto Pindang Iga layak diganjar sebuah gelar ‘Kuliner Indonesia Terbaik’ yang ada di Festival Jajanan Bango 2018 versi saya.

Soto pindang iga selayaknya perkawinan dua kultur yang rasa-rasanya tidak mungkin bisa disatukan. Akan tetapi ketika sudah diikat janji atas nama agama dan pemerintahan, justru menjadi keluarga yang amat harmonis.

Selama ini masakan pindang identik dengan ikan patin. Sementara iga yang familiar adalah iga bakar karebosi dari Makassar. Ketika disatukan jadilah sebuah kenikmatan yang rasanya sulit untuk ditolak keberadaannya.

soto pindang iga palembang

Mohon Maaf Pemirsa Kalau Penampakan Soto Pindang Iga dari Palembang Ini Rada Berantakan. Akan Tetapi Percayalah Kalau Ini Enak

Secara keseluruhan tidak ada yang berbeda dari pindang ikan patin. Kuahnya segar, gurih dan berminyak, pedas, cabai yang digunakan besar, dan meresap ke seluruh bagian iga.

Seporsi soto pindang iga dibandrol dengan harga Rp35 ribu. Di dalam mangkuk tersebut berisi tiga iga dengan ukuran berbeda-beda. Dari yang kecil, sedang, sampai yang besar banget. Pembeli dikasih dua pilihan, mau yang presto atau goreng. Saya pilih campur.

Walaupun saya sedih karena tidak menemukan potongan nanas yang segar, tapi termaafkan dengan keberadaan daun kemangi yang digoreng.

Festival Jajanan Bango 2018 di Makassar

Festival Jajanan Bango 2018 yang diadakan di Park and Ride Thamrin 10 Jakarta memang sudah usai. Namun, kebahagiaan ini masih berlanjut di Makassar pada Sabtu (5/5) dan Minggu (6/5).

Menu di Makassar banyak mengangkat kekayaan lokal dari Sulawesi Selatan dengan beberapa ‘bintang tamu’ dari luar Sulsel… — Mas Arie Parikesit

Masyarakat di sana bisa merasakan keseruan sebuah pameran kuliner tersebar untuk merayakan momen 90 tahun Bango melezatkan masakanan Indonesia.

festival jajanan bango 2018 jakarta

Fasilitas Festival Jajanan Bango 2018 di Jakarta Cukup Lengkap. Semoga di Makassar Jauh Lebih Lengkap Lagi

Kemungkinan besar FJB 2018 di Makassar sama persis dengan di Jakarta. Selain tenan-tenan makanan, pengunjung bisa singgah di Kampung Bango untuk melihat proses pembuatan kecap dalam bentuk galeri ‘Warisan Kuliner Nusantara’.

Tidak hanya pembuatan kecap, galeri Warisan Kuliner Nusantara ini dibuat bagi para pengunjung yang ingin tahu beragam kisah penjaja kuliner nusantara. Dengan begitu pengunjung bisa menghargai kuliner Indonesia. Siapa tahu di tahun-tahun mendatang makanan dari Indonesia mendapat pengakuan internasional sebagai makanan paling enak di dunia.

Siapa tahu teman-teman di Makassar seberuntung pengunjung Festival Jajanan Bango 2018 di Jakarta, yang bisa bertemu dengan malika. Itu lho si kedelai hitam yang dirawat dan dijaga sungguh-sungguh untuk menghasilkan kecap Bango berkualitas. Nanti kalian akan tahu proses lahirnya malika ini.

Galeri ini bisa ‘disulap’ menjadi sarana edukatif untuk buah hati tercinta. Biar anak memahami bahwa negerinya ini begitu kaya makanan-makanan enak.

Teman-teman di Makassar bisa mengintip daftar makanan di situs ini. Sejauh ini masih kosong. Maka itu sering-sering dibuka. Atau ikuti ikuti Instagram @WarisanKuliner dan Facebook Bango Warisan Kuliner.

festival jajanan bango 2018 di makassar

Teman-teman Makassar Jangan Sampai Ketinggalan Festival Jajanan Bango 2018

Di Balik Layar Festival Jajanan Bango 2018

Selain jajan soto, banyak jajanan lain yang saya beli. Habis enak-enak banget. Berikut foto-fotonya;

festival jajanan bango 2018 bacang

Jajan Bacang 3 in 1 di FJB 2018 Rekomendasi Mas Arie. Harganya Rp35 ribu tapi isinya lengkap dan porsinya besar. Isinya ada telur asin, ayam, dan daging

 

fjb 2018 ayam geprek dabu dabu lilang

Ayam Geprek Dau-Dabu Lilang. Enak sih Tapi Kurang Nendang Pedasnya. Kirain Kalau Dabu-Dabu Itu Bakal Segar dan Pedas, Kalau yang Ini Pedas Doang

 

banyak jajan di fjb 2018

Sisa voucher Rp100 ribu dari Mas Arie Aku Belikan Pempek Megaria, Bola-Bola Ubi, Seblak, Klapetart, Bacang. Semringah

 

 

Jadi Kangen Berat Sama Pekerjaan yang Anak IT Banget

Sudah mau enam tahun saya menekuni pekerjaan sebagai jurnalis media daring. Sebuah profesi yang tidak semestinya dilakoni oleh seorang anak IT. Namun, kamu perlu tahu, dulu saya pernah bercita-cita menjadi wartawan, tapi terpaksa banting setir. Saya jadi harus mendalami ilmu Teknologi Informasi (TI) di jurusan Sistem Informasi (SI) selama lima tahun.

Tidak sedikit teman-teman kuliah yang mempertanyakan pilihan jalan hidup saya ini. Masa anak IT jadi jurnalis? Menurut mereka seharusnya lulusan IT bekerja ngoprak-ngoprek jaringan bukan tulisan. Juga lebih memperdalam bahasa pemrograman bukan bahasa Indonesia. Kemudian mengartikan PHP sebagai PHP: Hypertext Prepocessor bukan pemberi harapan palsu.

Memang salah kalau saya lebih memilih berkecimpung di dunia ini? Tidak, kan? Mereka tidak tahu kalau saya sempat bekerja sesuai jurusan. Setiap hari berurusan sama coding. Hanya saja hal itu tidak berlangsung lama. Cuma dua atau tiga bulan. Alasan resign sederhana karena saya tidak betah kalau harus duduk lama-lama tanpa ada interaksi satu sama lain.

Kangen juga sebenarnya mempelajari kembali ilmu yang saya dapat di kampus dulu. Semula saya memang membenci pilihan tersebut tapi lambat laun saya menikmatinya. Terbukti dari nilai-nilai yang saya peroleh, tidak ada yang harus saya ulang di setiap semesternya.

Sempat ada keinginan untuk balik menekuni profesi yang anak IT banget. Namun, lebih baik saya pendam hasrat tersebut, fokus sama yang sudah saya raih sekarang. Lelah rasanya harus memulainya dari awal lagi. Meskipun sudah banyak tutorial yang dapat saya pelajari dari Youtube.

Kemudian keinginan itu tahu-tahu muncul lagi. Saat saya menghadiri sebuah diskusi, undangan seorang teman. Pembahasannya tentang sebuah inovasi teknologi untuk melindugi data dari serangan siber.

Ada sejumlah sosok di dalam diskusi itu yang membuat saya terkesima. Orang pertama adalah Patrick HOUYOUX. Om-om kece berkebangsaan Belgia sang pendiri PT Sydeco (sebuah perusahaan di Yogyakarta yang berfokus pada bidang keamanan internet).

Suka duka jadi anak IT

Om Patrick bercerita banyak soal kariernya. Termasuk langkah besar yang dia ambil untuk menjadikan Sydeco sebuah perusahaan yang fokus pada keamanan untuk segala aktivitas melalui internet.

PT yang berdiri pada Desember 2013 ini mula-mula berfokus pada pengembangan situs dan desain grafis. Akan tetapi Patrick menyadari bahwa zaman sudah semakin modern dan maju, kebutuhan akan hal itu semakin menipis, karena pasti banyak perusahaan yang bergerak di bidang serupa.

Cerita om Patrick ini membuat saya mengingat kembali masa-masa menjadi anak IT di semester akhir perkuliahan. Saat itu, seluruh mahasiswa tingkat akhir yang mau sidang strata satu (S1), harus melakukan Penulisan Ilmiah (PI) terlebih dahulu. PI ini setara dengan Diploma tiga (D3). Apabila selesai sidang S1 mau langsung kerja, bisa menggunakan transkip dan sertifikat PI ini. Sembari menunggu transkip keseluruhan nilai S1.

presiden direktur PT Sydeco yang mempekerjakan anak IT

Ini lho sosok Om Patrick, Presiden Direktur PT Sydeco saat menjelaskan latar belakang perusahaan dan inovasi yang mereka temukan, termasuk Archangel dan SST yang dikembangkan anak IT dari Yogyakarta.

Judul PI yang saya ajukan ke dosen pembimbing dan akhirnya disetujui adalah Pembuatan Situs Tutorial UAN Setingkat SMA. Saya sendiri yang mendesain situsnya untuk kemudian saya kembangkan menggunakan PHP. Sulit memang tapi seru. Waktu itu rasanya bangga menjadi anak IT.

Seorang teman yang pernah mengajak saya bekerja di perusahaan pengembangan situs dan desain grafis juga pernah bercerita, perusahaannya berubah haluan, fokus pada jaringan dan LAN, tidak lama setelah dia masuk. Kalau tidak salah di kisaran tahun 2012.

Jadi, saya rasa, sudah benar langkah om Patrick untuk membawa bendera baru di kapal yang dia nakhodai. PT Sydeco pun akhirnya meluncurkan produk pertamanya, Secure System of Payment (SSP) pada 2016. Melalui sistem ini, semua transaksi mobile akan diamankan dari serangan siber dan aktivitas para hacker (peretas).

Selang dua tahun kemudian, di acara yang saya hadiri ini, om Patrick memperkenalkan dua teknologi anyar yang berfungsi melindungi data internet, yaitu Archangel dan Secure System of Tranmision (SST). 

Salah satu timnya anak IT dengan IQ 150

Dua teknologi mutakhir yang bekerja secara bersamaan ini diciptakan melalui serangkaian riset mendalam, dibarengin dengan meneliti berbagai kasus pencurian dan pembobolan data yang pernah terjadi. Baik di media sosial seperti Twitter, Facebook, WhatsApp, termasuk kasus besar seperti pembobolan 4,93 juta akun Gmail, 500 juta akun Yahoo, dan 68 juta akun dropbox.

Yang paling membanggakan, saat om Patrick memperkenalkan tiga orang anak IT yang ikut terlibat di dalam pengerjaan Archangel dan SST. Bahkan salah seorang di antaranya diketahui memiliki IQ 150. Dua orang di antaranya, Rizal Hendra Wardana (si pemilik IQ 150) dan Septian Yudha Sahanaya, diberi waktu memperkenalkan bayi yang baru saja lahir dari rahim PT Sydeco.

Nah, permasalahan untuk memahami kedua teknologi itu terjadi pada sesi ini. Maklum, anak IT tidak pernah dapat mata kuliah public speaking. Omongan mereka sulit dipahami karena kagok berbicara di depan banyak orang.

Sama kayak saya. Waktu sidang PI, berhadapan sama tiga orang penguji rasanya kayak lagi nyanyi di atas panggung Indonesian Idol sambil dilihatin sama BCL yang lagi melintirin ujung rambutnya. Keringat dinginnya bukan cuma di kepala, tapi sampai ke area-area yang tidak pantas untuk saya sebutkan di sini.

Saya jadi berpikir, seharusnya anak IT itu mendapat ilmu public speaking di mata kuliah soft skill. Agar kami tahu caranya berbicara tanpa rasa grogi, dan tampil lebih percaya diri menyampaikan materi yang sudah dibuat.

Dulu ilmu yang saya dapat dari mata kuliah soft skill adalah membuat blog dan mengisinya dengan konten-konten terkait jurusan masing-masing. Itulah ikhwal saya mulai ngeblog. Kira-kira tahun 2006 apa 2007. Kalau dihitung-hitung sudah satu dekade saya meramaikan jagad dunia maya.

Terkait materi yang disampaikan dua orang anak IT kepercayaan om Patrick itu, sebenarnya bukan sesuatu yang sulit dijelaskan. Buktinya, salah seorang dari tim PR yang menangani acara tersebut, bisa menjelaskannya dengan bahasa yang mudah.

Inti dari materi yang mereka sampaikan, kurang lebih menyorot soal keunggulan masing-masing produk. Berupa kemampuannya dalam menggunakan machine learning untuk menganalisis berbagai tipe serangan yang terjadi, sekaligus menyiapkan pertahanan untuk serangan di kemudian hari.

Archangel dan SST dikerjakan anak IT dari Yogyakarta

Begitu diskusi selesai, saya yang masih penasaran proses kerja dan pembuatan Archangel dan SST ini, langsung menghadang anak IT yang memiliki IQ 150 itu.

Saya pikir, obrolan jadi sedikit mencair setelah eye to eye. Ternyata saya salah. Kaku yang Rizal tonjolkan di atas panggung masih terbawa sampai lampu sorot sudah dimatikan.

Atau jangan-jangan dia grogi? Grogi karena Rizal mengira sedang mengobrol dengan mbak-mbak cantik bak model Jakarta Fashion Week? Sebab dia menyapa saya dengan ‘mbak’, padahal pada hari itu pakaian saya dapat memantulkan aura ke-cowok-an saya.

Atau sebenarnya ada kaitannya dengan IQ setinggi itu? Biasanya orang jenius kagak pintar ngomong tapi langsung praktik. Saya jadi bingung sendiri.

Oke, lupakan soal itu, balik ke fokus awal. Mengenai IQ, Rizal tidak terlalu percaya sama hal-hal seperti ini. Bagi dia, IQ itu cuma angka, tapi tidak bagi saya.

Mama saya pasti bangga banget kalau tahu IQ anaknya ini sebesar itu. Buah hati yang di semasa kecil sering dipandang sebelah mata, kerap diejek sapi, dan jarang diajak main petak umpet karena pasti akan mudah ketahuan, ternyata memiliki kepintaran sejajar Albert Einstein, Leonardo Da Vinci, dan Newton.

“Buat saya adalah niat. IQ itu belakangan,” prinsip hidup yang Rizal terapkan selama ini.

Archangel dan SST

Menyinggung soal Archangel dan SST, Rizal yang merupakan Kepala Research & Development PT Sydeco, menekankan bahwa sang pemilik ide adalah om Patrick. Bersama Septian Yudha Sahanaya dan Bayu Kurniawan sebagai developer, ditugaskan mengembangkan dua teknologi tersebut. Setiap ada ide untuk kemajuan pembuatan teknologi ini, selalu didiskusikan bareng-bareng, baru setelah mendapat izin, langsung eksekusi.

Archangel adalah kotak pintar (smart box) yang berfungsi untuk meyaring seluruh lalu lintas data yang akan masuk ke jaringan, baik melalui kabel maupun nirkabel. “Ibarat sebuah perumahan, Archangel ini adalah satpam. Segala sesuatu yang akan masuk ke dalam komplek, akan diperiksa secara menyeluruh oleh satpam ini.”

produk yang dikembangkan anak it yogyakarta

Wujud dari Archangel dan SST yang dikembangkan anak IT Yogyakarta dari PT Sydeco milik om Patrick

Cara kerjanya, setiap data yang diperkirakan jahat, dicegah untuk masuk. Nanti machine learning yang terdapat di dalam kotak itu, akan menganalisis pola serangan yang belum pernah ada sebelumnya dan mencegah serangan tersebut sebelum masuk ke jarangan.

Soal SST, proses pengerjaannya sendiri memakan waktu satu tahun. Terhitung cepat karena untuk mengerjakannya, Rizal dibantu juga oleh tim yang solid. Sehingga proses pengerjaan berjalan lebih cepat.

Dalam proses penyempurnaan sebuah sistem keamanan data yang memiliki ‘dua agen’ cerdas’ di titik pengirim dan penerima yang berfungsi melindungi data (baik secara otomatis maupun on-demand) ini, Rizal, Septian, dan Bayu melakukan perbaikan-eror-perbaikan-eror sebanyak lebih dari 50.

Tiga Orang Anak IT Mempergunakan Dua Komputer

Dan yang menjadi ‘kelinci percobaan’ adalah dua komputer di kantornya. “Kami memasukkan banyak data, kemudian kami obrak-abrik sistem di dalamnya. Settingan salah, sistem eror. Settingan benar kemudian salah lagi, eror lagi. Begitu saja terus prosesnya selama satu tahun.”

Menurutnya, sistem ini cocok digunakan oleh mereka yang memiliki usaha online shop. Seperti diketahui bahwa salah satu akun di Instagram yang sering kena retas adalah milik mereka.

Mengapa? Agen pengirim pada SST akan mengubah data ke dalam gelombang dan warna berbeda-beda bergantung pada isi data tersebut, sementara agen penerima akan mengubah kembali data ke bentuk awal. Ketika terjadi pencegahan data, atau pengiriman data ke tujuan yang salah, data secara otomatis akan hilang.

anak it lagi

Kasubdit 4 Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Roberto Pasaribu (paling kanan) berfoto bersama (kanan ke kiri) Presiden Direktur PT Sydeco Patrick Houyoux, Kepala Research & Development PT Sydeco Rizal Hendra Wardana, serta Septian Yudha Sahanaya dan Bayu Kurniawan sebagai developer dari Archangel dan SST berfoto bersama dengan produk Archangel dan SST.

“SST ini bisa melindungi berbagai bentuk data, termasuk percakapan telepon.”

Kalau para pengguna masih bingung, andai mengetahui sistemnya kena retas, yang membuat komputer rusak, segera hubungi Rizal. Tim akan mengirimkan data yang diretas itu.

Masih bingung juga sama penjelasan di atas? Maaf deh. Harap maklum, saya ‘kan anak IT juga. Coba cari di Google mengenai dua teknologi itu biar lebih jelas. Ok?