Dulu, ditempat gw tinggal, teman-teman gw pada sibuk menceritakan sosok pahlawan baru yang berhasil membuat anak usia dini mengidolakannya. Dialah, SUPERMAN. Cowok yang super kuat, pembasmi kejahatan dan suka menolong. Jujur, pada saat itu gw ga tau siapa itu Superman. Dia kenal Sailormoon, ga? Superman sama Tuxedo bertopeng, kerenan mana? Kalau Superman dijodohin sama Usagi, Usagi masih bego, ga ya? Atau, Superman pacaran aja sama Ami si Sailormoon biru daripada sama Usagi yang bloon. Yah. Satu-satunya kartun yang gw tahu doyan membasmi kejahatan adalah Sailormoon.
Akhirnya, demi rasa penasaran gw yang teramat dalam sama sosok Superman ini, gw memutuskan nelpon ke kantor bokap.
“Hallo.. Selamat siang. Kantor Adpel disini. Mau berbicara dengan siapa?” ucap seorang cewek dari balik telepon.
“Hallo.. Tante.. Aku mau bicara sama papa aku, dong!” jawab gw
“Siapa nama papa kamu, dik? Kan disini banyak yang dipanggil papa”
“Oiya. Maaf tante. Maksud aku. Aku mau berbicara sama Papa Darwin Krisnawarman Indra Putra” kata gw panjang lebar.
“Pak Darwin KW maksudnya? Sebentar yaa”
Beberapa detik kemudian..
“Halloo.. Ada apa bang?”
“Kok papa tau ini abang?” kata gw penasaran
“Ya jelaslah. Tadi kamu bilang sama tante itu apa?”
“Oia. Abang lupa!”
“Ada apa bang, papa masih banyak kerjaan” Tanya bokap penasaran
“beliin abang koran atau poster yang ada gambarnya Superman nya, ya. Oke, Pa. Udah dulu, ya” ucap gw lalu menutup telepon.
Sambil menunggu kepulangan bokap yang masih cukup lama, gw memutuskan untuk tidur siang biar sorenya bisa main kasti dilapangan. FYI, walaupun gw tontonannya Sailormoon, tapi mainan gw dilapangan, kasti coy, gebok sana gebok sini. Cowok abissss deh.
—
Selepas mandi, pakaian dan sholat ashar.. gw pun bergegas ke lapangan. Begitu sampai disana, ternyata sudah ramai. Yang menjadi pembahasan masih sama. Ibarat twitter, trending topic dilapangan kala itu adalah SUPERMAN. Gila, temen-temen gw antusias banget ngomongin Superman. Sedangkan gw, cengok doang. Sial. Lagi enak-enak mendengarkan, tiba-tiba temen gw iseng nanya ke gw “Dit, kok lo diem aja. Lo nonton Superman, ga? Lo tau ga siapa itu Superman?”. Duh, ni orang nanyanya biasa aja kek.. Mimik mukanya ga usah songong gitu. Duh, bingung gw. Gw jawab apa, ya. Masa iya gw jawab “Aku sukanya Sailormoon. Aku ga suka Superman”, berabeh urusannya kalau kayak gitu. Pamor gw sebagai pemain kasti yang cukup handal kala itu, turun seketika. Duh, jawab apa, ya. Apa pulang aja. Kalau pulang makin menjadi diledekinnya. “Oooo.. Gw kurang suka Superman. Gw sukanya Power Rangers. Ninja Pink sama Yellow keren coy. Lebih keren daripada Superman kalian ini” jawab gw dengan bangga. Ga berapa kemudian “Dit, ayo pulang. Dicariin papa tuh”. Oo ternyata suara nyokap yang memerintah gw untuk pulang. Fiuh, aman deh gw. Gw ga perlu cengok lagi mendengar cerita mereka.
Sesampai di rumah, gw menuju meja tamu dimana poster dan majalah titipan gw di taroh. Setelah gw perhatikan baik-baik, kok ada yang aneh.
“Pa, sini deh.. Ada yang mau abang tanya” teriak gw ke bokap
“Kesini aja.. Papa lagi main sama adek”
“Pa..” panggil gw sambil naik ke tempat tidur. “Ini beneran Superman?” tanya gw sambil menatap poster itu.
“Iya.. Emang yang kayak gimana lagi”
“Kok ini kolornya dia di luar bukan di dalam. Emang ga gatel tititnya ga pake kolor. Kemarin aja adit lupa pake kolor, titit Adit gatel-gatel”
“Emang begitu abang.. Ini namanya Superman. Kalau abang ga percaya, tanya aja sama temen-temen abang. Emangnya abang ga pernah nonton Superman?” tanya bokap yang mulai penasaran kenapa anak cowoknya ga tahu Superman.
“Enggak. Lagian, Superman ini kan mainnya malam. Sedangkan abang, kalau malam dikurung di kamar, belajar dan ga boleh keluar kamar sebelum jam 9. Baru boleh nonton TV, minggu doang” jawab gw dengan mimik minta belas kasihan.
“Dasar.. Yaudah, itu komiknya papa beliin. Tapi inget, bacanya hari minggu aja”
“SAMA AJA BOHONG!!!”
—
Akhirnya, gw selesai membaca komik pemberian bokap itu. Gw tahu sekarang, kalau Superman ternyata tidak lahir dari perut ibunya, tidak juga di lepeh. Melainkan, datang dari cahaya aneh dan ledakan hebat di area pertanian milik keluarga Kent. Ternyata, setelah di lihat, di dalam itu ada sesosok bayi mungil berjenis kelamin laki-laki yang pada akhirnya diberi nama Clark Kent. Gw yakin banget, kalau ini beneran ada di Indonesia, pasti si Clark selama di sekolah selalu dibully temen-temennya. Clark Kent? Clark Kentut maksudnya? Ibunya ngelahirin pas lagi kentut? Miris banget hidup lo! Duh, untungnya enggak.
Setelah gw paham sama isi cerita keseluruhannya, setiap kali di ajak ngumpul, gw pun dengan senang hati menerima tawaran tersebut. “Yess.. Kali ini, gw ga akan diledekin lagi gara-gara ga tau siapa itu Superman” kata gw dalam hati sambil tersenyum sinis.
Ternyata, ngumpul-ngumpul hari itu bukan untuk ngebahas sosok Superman lagi. Melainkan, akan main menjadi Superman-superman-an. Disinilah awal kisah tragis terjadi dalam hidup gw.
“Eh, hari ini kita main superman-superman-an yuk” ajak seorang teman gw bernama Budi.
“yooookkkkk…” sahut beberapa teman secara bersamaan
“Gimana cara mainnya, Bud? “ tanya gw penasaran ke Budi
“Gini, sebagian dari kita jadi Superman, sebagian lagi jadi penjahat. Nah, yang penjahat pura-puranya ngerampok kalian yang cewek-cewek. Pas denger teriakannya, kita bantu deh” kata Budi menjelaskan.
“Ga seru, Bud, kalau Cuma kayak gitu. Enakan tu, kita loncat dari situ” kata seorang teman sambil menunjuk kea rah balkon mesjid.
“Ah, ga mau, ah. Takut gw. Apalagi itu mesjid” kata gw mulai panic
“Payah kau. Ga bakal kenapa-kenapa deh, Dit. Yakin sama aku” Budi meyakinkan.
Pada akhirnya, gw pun luluh sama ucapan Budi. Budi benar-benar meyakinkan gw, kalau enggak bakal terjadi apa-apa nantinya. Budi benar-benar pintar meyakinkan teman-temannya, sampai-sampai, diantara kami ada yang enggak berani keluar malam gara-gara Budi cerita kalau di kelelawar yang suka keluar dari pohon mangga sebelah lapangan ada sosok siluman.
Oke, permainan pun di mulai. Kami yang menjadi Superman, naik ke atas balkon mesjid, lalu siap-siap memakai atribut a la Superman. Kami berdiri persis di dekat kubah berbentuk bulan sabit. Jika ada yang teriak, satu persatu dari kami harus loncat dari atas dan membantu mereka yang teriak. Gw, yang notabennya takut sama ketinggian, mulai diserang rasa panik yang ter-amat-sangat. Menyesal telah membaca serial Superman sampai selesai dan memilih kumpul sama cecenguk-cecenguk ini. Tapi, rasa panik gw hilang seketika ketika gw melihat teman-teman gw yang menjadi Superman, loncat dan mendarat dengan sempurna.
“Nah, sekarang giliran aku apa kau, Dit” tanya Budi
“Aduh, kau dulu deh, Bud. Aku lihat kau dulu. Kalau kau selamat, aku juga loncat”
“Oke kalau begitu”
Budi, pun, mengambil ancang-ancang dan posisi pas untuk loncat.
“Ayooooo Bud, kau pasti bisa. Kaki kanan dulu loncatnya” teriak anak-anak dari bawah menyemangati Budi.
“1…2…3..Su..Per..Mannnnnn” teriak Budi kenceng.
Breeeggggg! Budi mendarat dengan sukses. Dan sepertinya aman-aman saja. Sekarang hanya tinggal gw dan satu temen gw yang ternyata sama penakut. Namanya Haris. Haris jauh lebih parnoan ketimbang gw. Kalau gw takut ketinggian kalau di luar rumah, lah, Aris yang rumah orang tuanya bertingkat, ga pernah mau main ke atas, katanya kalau lihat ke bawah bawaannya pusing mulu.
“Dit.. Aku dulu, ya. Sebenarnya aku takut. Tapi, kalau aku loncat belakangan, yang ada aku kencing di celana”
“Yauda Ris, kau dulu. Buruan”
“Ris, tutup mata aja kalau takut. Ayo buruan, penjahat sudah menyandra teman-teman kita” sahut teman-teman meyakinkan Budi.
“Iyaaaaaaa…Aku loncatttt”
Breeeeggggggg! Aris pun mendarat dengan sempurna. Saking sempurnanya, cairan bau sudah membasahi kakinya. “Arisss ngompoll.. Wooooo.. Malu-maluin.. Hahaha” gw kegirangan.
Tiba saatnya giliran gw. Rasa panik masih menyelimuti hati ini. Ingin rasanya turun memakai tangga. Bodo amat, deh, mau dibilang pengecut, bencong, ga cowok atau apa, gw ga peduli. Tapi, tengsin dong. Diantara mereka yang cewek-cewek, ada 1 cewek yang menjadi perhatian gw sejak lama. Namanya Astuti. Walaupun namanya kayak nama motor jaman baheula, tapi wajah dan rupa Astuti sungguh berbeda jauh dan kesan kampungan. Hahaha. Cantik, manis, saingan gw di TPA dan punya lesung pipit. Demi mencari perhatian Astuti, niatan gw untuk kabur, gw urungkan. Gw, pun, siap-siap mengambil ancang-ancang.
“Ayooooo Dit, kau bisa.. Kau pasti sukses kayak aku” kata Aris memberi semangat ke gw.
“Iyaaaa.. Aku lompat ya”
“1…2…3”
Dan, pas kehitungan ke-3 suara Adzan Ashar berkumandang. Gw yang sudah mengambil ancang-ancang, tidak mempedulikan suara adzan itu dan meneruskan untuk lompat. Tapi apa yang terjadi?
Brugggggggg! Gw mendarat dalam keadaan sujud. Benar-benar dalam keadaan sujud. Dan, sakitnya itu ga ketulungan.
“Aduhhhhh…Tolonggggggg…Sakit banget…Enggak bisa digerakin..Mamamaaaaaaaaaa” teriak gw kesakitan
Teman-teman gw semuanya panik. Semuanya berusaha membantu gw yang tersungkur mencium rumput lapangan. Beberapa teman gw bergegas kerumah gw untuk manggil nyokap. Ga berapa lama kemudian, nyokap datang dengan celemek masak yang masih nyangkut ditubuhnya. Gw yang dari tadi hanya meringis menahan sakit, dibopong sama pama gw yang rumahnya ga jauh dari lapangan. Sepanjang perjalanan menuju tempat urut, gw terus menerus menahan sakit dan merengek. Tengsin abis. Di tonton sama warga yang penasaran akan kejadian ini. Gilaaaa… Gw kena azab seketika.
Sesampai di tukang urut, gw bak calon Gubernur yang dikerumunin orang banyak. Berhubung malu, gw pun merengek ke nyokap untuk mengusir mereka dari tempat urut.
“Maaa, abang ga mau dilihatin sama mereka. Usir ma. Usirrrrr” kata gw sambil merengek kesakitan
“Kalian sana dulu, ya. Adit nya mau diurut dulu. Ayo kesana dulu” usir nyokap dengan halus.
Setelah semuanya pergi, urut kaki gw pun dilaksanakan. Anjinggggggg.. Sakit banget coi. Kalian bayangin aja, kaki yang kelipet jatuh dan mendadak kaku harus diurut sama tukang urut yang sudah tersohor dikawasan tempat gw tinggal. Gilaaa.. Ini bener-bener gila. Kalau, lah, air mata gw ditampung dalam baskom dan di taruh di dalam plasti, bisa kali 10 kantong plastik lebih untuk menaruh air mata gw yang tak kunjung berhenti.
Sesampainya dirumah, gw bukannya di manja-manja, malah kena semprot. Katanya “udah tau adzan bukannya berhenti dulu ini malah keterusan. Kata Budi, tadi dia udah ngelarang untuk enggak naik ke balkon mesjid, tapi kamunya enggak mau dengar. Rasain. Lihat tuh si Budi, kalau main enggak pecicilan kayak kamu”. Dalam hati gw “Budi anjing.. Tadi dia yang punya rencana kenapa sekarang ngomongnya dia yang ngelarang. Awas kau ya, Budi. TUnggu pembalasan ku” (*kamera zoom in-zoom out a la Nokta Merah Perkawinan)
“Mulai sekarang, komik Supermannya mama sita. Kalau perlu mama buang. Ga ada lagi boleh nonton Superman” semprot nyokap dengan mimik galaknya.
“Jadi, abang nonton apa, dong?”
“Tonton aja, tuh, Oshin. Biar kamu enggak pecicilan”
“Yah, mamaaaaaaaa 😥 “
=)) gokil abisss…