Monthly Archives: April 2016

Ada Apa Dengan Cinta 2 : Milly, Love You!

Gala premier film Ada Apa Dengan Cinta 2 sudah berlangsung di Yogyakarta pada 23 April 2016. Kemarin, giliran jurnalis Ibu Kota yang mendapat kesempatan menyaksikan film AADC 2 besutan Mira Lesmana dan Riri Riza di XXI Senayan City. Saya beruntung menjadi salah satu dari ratusan jurnalis yang memadati studio I dan III, menonton sebuah film yang konon dapat membangkitkan memori lama.

Tempat kerja saya kebetulan menjadi official media partner film AADC? 2 yang rencananya akan tayang serentak di bioskop-bioskop di Indonesia pada Kamis, 28 April 2016. Mira Lesmana mengunci rapat mulutnya setiap kali ditanya “Bagaimana ending dari film ini?” sekalipun off the record. Bahkan, ia enggan menjawab pertanyaan mengenai keberadaan sosok Alya yang diperankan Ladya Cheryl, apakah ikut main di film ini atau tidak? Lantas, kenapa sosok yang saya anggap koentji dari film Ada Apa Dengan Cinta? tidak disebut saat memperkenalkan para pemain enam atau tujuh bulan lalu?

ada apa dengan cinta 2

Para Pemain Ada Apa Dengan Cinta 2 saat Press Screening kemarin

Tidak banyak bocoran yang Mira berikan kepada calon penonton. Lihat saja trailer Ada Apa Dengan Cinta 2, terkesan “Ya, begini doang? Udah, gitu aja ceritanya?”. Yang berkesan dari trailer itu hanya omongan Cinta yang mengatakan Rangga jahat. Belum ada dua jam penayangan, meme bermunculan menggunakan quote itu.

Ada Apa Dengan Cinta 2 Dulu dan Sekarang

Mira Lesmana berkali-kali mengatakan, tontonlah film Ada Apa Dengan Cinta 2 tanpa berharap film yang dibintangi Dian Sastro sebagai Cinta dan Nicholas Saputra sebagai Rangga bakal lebih bagus dari yang pertama.

Jika menurut kita ending dari film yang pertama masih gantung, sebenarnya Cinta sama Rangga jadian nggak, sih? Justru bagi Mira, begitulah endingnya. Jadian atau tidak, kembali ke persepsi masing-masing penonton.

Saya setuju akan hal itu. Yang harus diingat, film Ada Apa Dengan Cinta? muncul di saat film Indonesia mati suri. Tahun 2002, tidak banyak film bagus bermunculan. Benar-benar tenggelam. Paling sebelum tahun itu, ada film Petualangan Sherina yang cukup membawa angin segar. Setidaknya untuk anak-anak angkatan saya. Kami punya film keren, woi. Baru setelah itu muncul AADC? yang digarap oleh Rudy Soedjarwo, Mira Lesmana, dan Riri Riza.

Cuplikan Adegan di Film Ada Apa dengan Cinta 2

Salah satu scene di film AADC? 2

Yang saya ingat saat film itu muncul, saya tidak dapat menyaksikan film itu di bioskop lantaran masih tinggal di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau. Jangan bioskop, mal besar saja tidak ada di pulau itu. Saya pertama kali menonton Ada Apa Dengan Cinta? justru di bioskop yang ada di Kapal Motor Sinabung, saat sedang melakukan perjalanan dari Karimun mau ke Jakarta. Tapi saya malah tidur. Sesampai di Jakarta, barulah saya tonton film itu di bioskop Blok M Plaza. Tongkrongan paling hits pada zamannya.

Saya menilai film AADC? itu bagus banget. Saking bagusnya, bawaannya mau nonton lagi, lagi, dan lagi. Enam apa satu tahun kemudian saya minta dibelikan VCD original Ada Apa Dengan Cinta? sama tante. Tamat SMP film itu masih saja membekas. Masuk SMA, film itu lagi dan lagi dibahas. Ekskul mading (majalah dinding) menjadi populer di kalangan pelajar SMA antara tahun 2003 ke 2005. Saya yang dilibatkan menjadi salah satu pengurus ekskul mading setiap hari menerima puisi dari teman-teman untuk ditempelkan di mading sekolah. Padahal, puisi itu terjemahan dari lirik lagu bahasa Inggris. Lagu yang paling banyak diterjemahkan lalu dijadikan puisi adalah lagu-lagu milik Westlife, Backstreet Boys, dan M2M.

Film AADC? masih dibilang bagus saat ditonton zaman-zaman kuliah. Tapi, beda cerita ketika film itu diputar kembali tiga atau empat tahun belakangan ini. Saya malah membatin “Kok bisa film kayak begini dibilang bagus? Duh, norak banget sih pake puisi-puisi segala? Apa-apaan tuh, duduk di tengah lapangan basket pake kacamata renang warna biru. Stylistnya parah geila”. Hal serupa juga berlaku untuk film Eiffel I’m In Love, Dealova, dan Heart.

Saya pernah ngobrol sama Titi Kamal mengenai hal tersebut. Dia juga merasakan hal yang sama. “Ah, itu sih emang gila, boooo. Aib banget buat gw ya pas pake kacamata norak itu. Gw manut aja lagi dipakein begituan. Kalau sekarang disuruh dandan begituan, gw ogah, gila,” kata Titi Kamal menjawab pertanyaan saya tentang aib-aib di Ada Apa Dengan Cinta?, yang telah melambungkan namanya di jagat perfilman Indonesia.

Jatuh hati pada sosok Milly di Ada Apa dengan Cinta 2

Kalau nanti Ada Apa Dengan Cinta 2 masuk sebagai salah satu nominasi film terbaik di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2016, nama Sissy Prescillia harus masuk ke dalam daftar calon penerima piala untuk kategori Pemain Pendukung Terbaik.

Semua karakter di film ini masih sama. Tidak ada yang berubah. Hanya berubah lebih kekinian saja. Titi Kamal masih menjadi Maura yang super cantik, Adinia Wirasti si Carmen yang siap pasang badan untuk para sahabat dan bakal menghajar Rangga kalau berani macam-macam sama Cinta, dan Sissy Priscillia masih konsisten sebagai Milly si cewek lemot.

Sissy, Milly yang terus mengocok perut penonton gara-gara aktingnya yang alami

Saya nggak bisa membayangkan bagaimana film Ada Apa Dengan Cinta 2 tanpa sosok Milly. Di saat para sahabat bertikai, Milly hadir sebagai sosok yang dapat mencairkan suasana. Begitu juga di sekuel ini, Sissy memainkan peran Milly dengan sangat baik.

Semua kata yang terucap dari mulutnya, gestur tubuhnya, mimik wajahnya, terlihat alami tanpa dibuat-buat. Tidak terlihat kalau Sissy berusaha untuk melucu. Padahal, lepas dari Ada Apa Dengan Cinta?, Sissy sempat bermain di sejumlah judul film yang tidak mengharuskannya menjadi cewek oon. 14 tahun tentu bukan waktu yang sebentar baginya mengembalikan jiwa Milly yang sempat hilang.

“Arsip? Kalau dia arsip masih disimpan, dong” kata ini keluar dari mulut perempuan lemot di saat sahabat-sahabatnya sedang membahas masalah mantan.

Saya mendadak ngefans sama Milly

Ke Mana Alya di Ada Apa dengan Cinta 2?

Alya, bagi saya, adalah kunci dari film Ada Apa dengan Cinta?. Tanpa Alya, Cinta nggak bakal memproklamirkan janji yang telah mereka buat: Musuh satu di antara kita adalah musuk kita semua, berlanjut membaca puisi sambil main gitar, dan nge-dance di kamar Cinta diiringi lagu “Di Mana Malumu Setiap Kali Kuajak Berkencan Aku yang Bayar”

Begitu juga di iklan LINE, tanpa Alya, Cinta tidak mungkin merespons pesan dari Rangga dan menghampiri cowok puitis itu di bandara. Lantas, adakah Alya di film ini?

Jawabannya, ada. Tapi, kali ini kunci itu harus diberikan kepada Milly, karena Alya tak bisa berbuat banyak.

Bandara tak bisa dipisahkan dari Ada Apa Dengan Cinta 2

Masih pada ingat adegan di bandara, dong? Cinta diantar Mamet ke bandara, diizinkan masuk oleh Security berkat Alya, dan lari-lari membawa buku Aku sambil teriak nama Rangga. Sebelum berpisah, Rangga mencium Cinta.

Kali ini bandara pun masih dipakai sebagai lokasi. Lokasi untuk apa? Apakah kejadian serupa bakal terulang? Atau sebaliknya, Rangga yang mengejar Cinta ke bandara? Bagian ini paling bikin deg-degan, deh.

Bagaimana akhir cerita Cinta dan Rangga di Ada Apa Dengan Cinta 2

Muncul rasa senang bercampur bahagia begitu selesai menonton film Ada Apa Dengan Cinta 2. Film berdurasi dua jam lebih ini bikin penonton senyum-senyum nggak jelas, ketawa terbahak-bahak, terenyuh, teriak “Wooooo… Dasar cewek!”, gregetan, dan perasaan dikoyak-koyak. Senang melihat geng Cinta kumpul lagi. Wardrobe mereka lucu-lucu banget. Dan saya yakin, selesai film ini, beberapa tempat yang dijadikan lokasi syuting bakal ramai pengunjung. Saya berencana ke tempat-tempat yang ada di film Ada Apa dengan Cinta 2.

Apakah Cinta beneran jadian sama Rangga? Cinta menikah sama Rangga lalu punya anak? Atau justru Rangga yang mengejar Cinta di bandara. Atau Rangga yang tidak bisa mendapatkan Cinta memilih Maudy Ayunda sebagai pacar karena mirip sama belahan jiwanya? Atau kemungkinan yang terakhir, meski tidak jadi sama Cinta, Rangga rela menjadi pagar bagus di resepsi pernikahan Cinta bersama cowok yang dia pilih?

Tonton Ada Apa Dengan Cinta 2 di bioskop kesayangan kamu pada Kamis, 28 April 2016.

Harus Banget Driver uberMOTOR dan Grab Pindah ke Gojek?

Saya hanya bisa berkata apa-banget-deh setelah menonton video Nadiem Makarim mengajak pengemudi Grab dan uberMOTOR pindah ke Gojek. Pakai bawa-bawa semangat 45, lah. Keinginan membela negara, lah. Karya anak bangsa, lah. Oke, untuk kali ini, saya anggap mas ganteng mungkin lagi ketakutan gara-gara saya selingkuh ke uberMOTOR. *siape elu Nyet?*

Menurut saya bang, tak usah abang ngomong kayak begitu. Tak usah juga abang suruh mereka gabung ke perusahaan abang. Biarkan Grab, uberMOTOR, dan Gojek bersaing secara sehat. Lagipula bang, di mata saya yang pengguna setia ojeg ini, baik Grab, uberMOTOR, maupun Gojek adalah malaikat penolong yang tentu punya nilai positif dan negatif.

Pemilik Gojek ini emang keren, sih. (otaknya)

Abang Nadiem Makarim jangan kayak orang kebakaran jenggot begitu, mentang-mentang uberMOTOR berani menawarkan harga yang jauh lebih murah dari Gojek. Abang jangan takut Gojek kehilangan pelanggan. Asal abang tahu, di rumah baru saya saja pakai Uber, yang lain masih Gojek, kok.

Kira-kira beginilah pendapat saya tentang Gojek, uberMOTOR, dan Grab supaya ketiganya tidak usah digabung jadi satu:

1. Gojek

Pertama kali menggunakan Gojek adalah Februari 2015. Saya ingat betul, lagi galau-galaunya karena satu dan lain hal, lagi malas liputan, eh disuruh liputan yang jauh. Mana hari itu saya bangunnya rada siang sehingga butuh bantuan ojeg supaya nggak telat-telat banget sampai di TKP.

Kalau saya naik ojeg, pasti mahal banget. Waktu itu saya harus liputan di Rawamangun. Ongkos ojeg untuk jarak dekat saja mahalnya bukan main, apalagi kalau ke Rawamangun. Si Kawan langsung menyuruh saya download aplikasi Gojek di AppStore. Dia bilang naik Gojek murah banget. Meski belum ada promo apa-apa, tapi memang benar ongkos Gojek lebih murah dari ojeg pangkalan. Jatuh cinta dong saya.

Asal bang Nadiem tahu, nih, setahun lebih saya nggak berpaling dari Gojek. Mau Gojek sereseh apa pun, menyebalkan kayak bagaimana juga, saya terlanjur jatuh hati sehingga sulit sekali untuk membenci. Jangan pikir Gojek yang dielu-elukan sebagai karya anak bangsa nggak pernah biki saya sebal. Sering, bang, sering banget. Karena saya Aquarius yang nggak mudah jatuh hati ke yang lain, saya memiliki tetap setia menggunakan Gojek. Bahkan saya punya konten bernama #Curjek: Curhatan pengemudi Gojek. Saya yakin abang belum baca, kan?

Perlu abang catat, semakin ke sini pengemudi atau driver Gojek nggak secihui yang dulu. Nggak jarang saya mendapat pengemudi yang merasa dibutuhkan. Ditelepon dulu baru jalan atau dengan seenaknya membatalkan orderan. Yang paling fatal, main menerima orderan tanpa melihat tujuan calon penumpang. Eh, dia nggak tahu jalan, dong. Kesal hati adik, bang. Tapi tenang, saya nggak sampai mencret-mencret kok gara-gara menahan rasa kesal itu. Abang boleh tanya ke teman-teman saya kalau saya kesal biasanya mencret.

Gojek tentu punya kelebihan dan kekurangan. Tak perlu takut. (via: Liputan6.com)

Saya sulit sekali berpaling malah salut sama Gojek yang terus berinovasi. Sesuai tagline Gojek An Ojek for Every Need. Beragam layanan Gojek seperti Go-Send, Go-Food, Go-Mart,  Go-Busway, Go-Tix, Go-Box, Go-Clean, Go-Glam, Go-Massage, dan yang terakhir Go-Car. Meski di Go-Ride saya sering dibikin kesal, namun layanan Gojek yang lain belum pernah sekalipun dikecewakan.

Beberapa kali mengantarkan dokumen atau apa pun menggunakan Go-Send, sampai di tangan orang yang dituju dan tepat waktu. Begitu juga Go-Food, saya pernah boros mencoba makanan yang tertera di situ. Terakhir menggunakan layanan pesan-antar makan saat papa dirawat di rumah sakit. Nah, yang baru-baru ini saya menggunakan Go-Clean untuk membersihkan tiga kamar mandi di rumah. Hasilnya tidak mengecewakan sama sekali.

Dengan adanya layanan seperti ini, kalau kata saya, nggak usah takut kehilangan pelanggan, deh. Layanan ini hanya abang yang punya.

2. Grab

Rada lupa kapan tepatnya saya download aplikasi Grab dan menggunakan layanannya. Kalau nggak salah, gara-gara Gojek sempat kumat, aplikasi eror selama empat jam di jam-jam genting. Teman kantor yang fans garis keras karena promosi Grab, menyarankan agar saya pakai Grab saja. Lalu menggunakan kode promo Grab miliknya. Apakah saya menggunakannya? Nggak!

Malam itu, di depan tenda Jakarta Fashion Week 2016, saya duduk sambil terus melihat aplikasi Gojek. Berharap sudah nggak eror lagi supaya saya bisa order. Nyatanya masih gangguan. Ya sudah, saya jalan sedikit ke arah Plasa Senayan, memilih menggunakan ojeg pangkalan yang kebetulan sudah langganan sejak lama.

Biar kata pengemudi Grab lebih keren dan ganteng ketimbang pengemudi Gojek, tetap saja itu tidak mempan.

Saya justru tertarik menggunakan layanan GrabCar. Ongkos menggunakan GrabCar lebih murah dari BlueBird. Dan bagi saya GrabCar adalah transportasi modern untuk kalangan menengah ngehe macam saya yang tidak punya kartu kredit. Mau naik Uber, kudu punya CC dulu. *sad*

Enaknya naik GrabCar, selain harga yang murah, penumpang boleh lebih dari empat. Selama muat, silakan saja. Jauh lebih hemat, bukan? Kalau saya ada tugas luar kota, ke bandara naik GrabCar tidak lagi BlueBird kecuali dikasih voucher.

Ongkos ke bandara kalau naik BlueBird bisa Rp 200ribu belum sama TOL. Sedangkan naik GrabCar, Rp 150ribu itu sudah sama uang TOL. Karena belum pernah naik Uber, jadi nggak tahu ongkosnya berapa.

Gara-gara GrabCar juga mama saya nggak pernah lagi mau mengendarai mobil sendiri kalau mau pergi ke mana-mana. Apalagi semenjak mama dapat mobil yang ada teve dan karaokenya, beuh maunya malah sama yang itu saja.

3. Uber

Baru tiga minggu lalu saya  unduh aplikasi Uber di Android. Sabtu malam itu saya mau pulang bawa tiga kardus susu, mau naik taksi antreannya panjang amat, mau naik GrabCar lagi mahal-mahalnya. Maklum, pertengahan bulan!

Pembayaran Uber tidak lagi menggunakan kartu kredit, bisa tunai. Bahagia pastinya. Plus dapat kredit dari Daniel sebesar Rp 75ribu. Ongkos dari Senayan City ke rumah cuma kena tambahan Rp 2ribu saja. Waktu itu belum ada uberMOTOR.

Nah, begitu uberMOTOR mengaspal seminggu lalu, saya cobalah. Harganya kok murah banget? Masa sampai stasiun Tanahabang hanya Rp 9.500? Yang bener? Dari Senayan City ke GBK naik ojeg pangkalan saja nggak dapat harga segitu. Wah, Uber bercanda. Uber ngajak ribut ojeg pangkalan. Atau jangan-jangan yang ribut malah pengemudi Gojek dan Grab.

Naik Gojek dapatnya motor bebek melulu. Naik uberMOTOR, berbeda-beda terus

Murahnya ongkos Uber Motor ini saya cerita ke teman-teman. Respons mereka sama kayak saya, nggak percaya kalau semurah itu. Saya hasut mereka agar mencoba sendiri. Ini bukan bagian dari marketing, tapi ini modus agar mereka memasukan kode Uber “npbxgmz4ue” dan saya dapat kredit Rp 75ribu dari mereka. Kredit itu lalu saya jadikan ongkos sampai ke rumah.

Mau tahu berapa ongkos menggunakan uberMOTOR dari kantor ke rumah saya yang jaraknya 25 kilometer? Rp 30ribu saja! Naik Gojek, bisa kena Rp 40ribu sampai Rp 50ribu. Saya berharap Uber memperbanyak lagi jumlah pengemudinya. Dan mempertahankan nominal ini. Lumayan kalau kebetulan saya lagi nggak bawa motor. Bahagia itu sederhana.

Jadi, buat bang Nadiem, kapan menurunkan ongkos Gojek kayak uberMOTOR?

 

Hasil Jajal UberMotor: Ongkosnya Ngajak Ribut Ojeg Pangkalan

Dua atau tiga hari lalu di kotak masuk email saya ada pemberitahuan dari Uber yang memperkenalkan UberMotor, layanan ojek online yang siap banget jadi pesaing Gojek dan Grabbike. Meski anak Gojek banget tapi saya penasaran dan ingin sekali menjajal UberMotor. Apalagi sempat muncul isu bahwa pengemudi dari ojek online yang menawarkan harga sangat murah berparas cakep. Sip, semakin tak sabar untuk mencoba!

Malam ini saya selingkuh dari Gojek. Saya pesan Uber Motor dari Senayan City dengan tujuan stasiun Tanahabang. Mengingat jumlah pengemudi UberMotor yang belum banyak, pasrah bila orderan saya ditolak. Namun ternyata tidak. Belum ada tiga menit salah seorang pengemudi menerima orderan saya. “Saya menuju Senayan City. Dua menit lagi saya sampai di tempat yang kakak maksud,” kata sang pengemudi bernama Donny.

Agak sedikit tremor sesudah mengambil foto bertuliskan UBER di jaket pengemudi UberMotor ini. Hitung-hitung latihan perut juga

Tidak lama Mas Donny kembali menghubungi saya, memberitahu bahwa dia sudah sampai. Saya turun, bergegas menuju lokasi penjemputan. Karena UberMotor identik dengan warna hitam maka tidak sulit menemukan Mas Donny yang malam ini mengendarai Vario di kerumunan pengemudi Gojek dan Grabbike yang menanti calon penumpang.

“Kak Adit dengan tujuan Tanahabang?,” kata beliau memastikan bahwa saya adalah Adit, bukan Dita, Ira, maupun Eka sambil menyodorkan helm serta penutup kepala dan masker yang dijadikan satu di dalam plastik kecil. “Untuk harga baru dikasih tahu begitu sampai di sana ya, kak,” kata dia lagi.

“Oke, Pak. Jalan!,” kata saya.

Motor bergerak perlahan meninggalkan lokasi yang masih dipadati pengemudi dari dua kompetitor. Mereka seperti sedang menunggu karyawan yang masih beres-beres. Beberapa kali satpam yang berjaga di depan Senayan City membunyikan pluit sebagai tanda mereka harus segera menjauh dari situ. Semenjak kejadian teror Sarinah dua bulan lalu, security di Senayan City jadi susah diajak kerjasama.

Sigh! Goyang pula

Saya ajak Mas Donny mengobrol. Cuma ingin tahu kenapa dia mau jadi pengemudi UberMotor? Secara ini kan baru banget, bo! Nggak takut kalau ini cuma bertahan sebentar doang? Mas Donny ini mantan supir pribadi di perusahaan ABCDEF. Sudah lama mau resign dan mencoba jadi pengemudi ojek online saja. Tapi dua perusahaan pesaing Uber tidak sedang melakukan penerimaan karyawan, jadi dia tahan dulu. Begitu dengar Uber buka lowongan, dia langsung daftar, sekarang sudah resmi jadi pengemudi UberMotor.

Beliau yakin kalau UberMotor bisa sukses seperti Uber mobil. Masalah harga yang kabarnya murah banget, beliau juga nggak mau ambil pusing. Menurut dia pendapat seorang pengemudi bagaimana si pengemudi itu sendiri. Kalau memang rajin, pasti pendapatan yang diperoleh juga besar. Kalau malas, jangan salahkan rezeki yang ogah mendekat.

Ongkos uberMotor murah banget!

Lagi asyik mengobrol, nggak tahunya kami sudah sampai di stasiun Tanahabang. Saya turun, lepas helm, menyerahkan helm ke Mas Donny, lalu menanyakan berapa ongkosnya? Ternyata, cuma Rp 9.500 ! Gila, murah banget. Saya sempat nggak percaya, saya bilang coba pastikan lagi. Jarak dari Senayan City ke Tanahabang itu nggak dekat. Jarak 7 kilometer itu termasuk jauh. Paling banter bisa Rp 20 ribu.

Pengemudi uberMotor-nya malu difoto mukanya. Hihihi..

”Benar, kak. Cuma segini,” kata beliau sambil senyum.

“Yang benar, Pak? Murah banget itu. Lagi promo ya? Soalnya saya nggak ada masukin kode apa pun,” kata saya kekeuh kalau aplikasi Uber lagi eror.

“Nggak. Memang murah, kok,” kata dia kembali menjawab rasa penasaran saya.

Wah, gawat, kalau sampai ojeg pangkalan tahu ongkos menggunakan UberMotor semurah ini bisa-bisa ribut lagi ini. “Oke,” kata saya sembari menyerahkan tiga lembar pecahan Rp 5 ribu.

Ternyata memang benar, satu artikel di situs berita nomor tiga di Indonesia, menyebut, tarif dasar UberMotor hanya Rp 1.000 dan tambahan tarif per kilometer Rp 1.000, serta tarif per menit Rp 100. Sedangkan tarif minimum adalah Rp. 1.000.

Tiga tahun naik ojek, belum pernah satu ojek pun yang menawarkan harga di kisaran Rp 10ribu. Ke Gelora Bung Karno yang jaraknya selemparan kolor doang kalau dari kantor, bisa kena Rp 20ribu. Kalau naik ojek pangkalan ke stasiun Tanahabang, bisa kena Rp 30ribu. Ya paling jadi Rp 25ribu setelah ditawar. Lah, begitu naik UberMotor, ongkosnya segitu doang. Gila nggak tuh?

Ongkos menggunakan UberMOTOR dari Senayan City ke stasiun Tanahabang murah banget. Gila.

Bisa-bisa saya mendua dari Gojek kalau ongkos UberMotor memang seperti ini terus. Sudah satu tahun dua bulan naik Gojek dan saya sudah merasa nyaman banget. Muncul rasa percaya bakal aman selama di perjalanan jika saya naik Gojek. Naik Grabbike saja bisa dihitung jari, bahkan tidak lebih dari tiga kali. Entah kenapa kalau Grab lebih nyaman menggunakan layanan Grabcar ketimbang taksi atau ojeknya.

Promosi dari uberMotor

Belum lagi ketika pengguna pertama Uber memasukan kode promosi “uberMOTORJKT” pada aplikasi, langsung mendapat perjalanan gratis bersama Uber dengan nominal Rp 75ribu. Atau masukan kode Uber dari saya “npbxgmz4ue”.

Cara pembayaran Uber atau uberMotor sangat mudah, bisa menggunakan metode tunai, kartu kredit, maupun debet. Saya juga baca di situs Uber bahwa bagi siapa saja penumpang yang berbagi pengalaman menggunakan UberMotor di akun Twitter dan Instagram dengan tagar #uberMOTOR dan tag @uber_jkt, memiliki kesempatan memenangkan Uber Credits sebesar Rp 200ribu.

Laff banget!

So far pelayanan dari uberMotor tidak mengecewakan. Pengemudi ramah, helm masih wangi, pengemudi masih mau mengingatkan agar penumpang menggunakan masker, cara mengendarai motor juga sama baiknya seperti abang Gojek, dan saya ingin kembali menjajal uberMotor ke tempat yang jauh. Misal dari rumah saya ke kantor dengan jarak 25 kilometer.

Cara memesan Uber atau UberMotor

Cara memesan Ubermotor sama kayak memesan Uber mobil.

  1. Klik aplikasi Uber yang ada di gawai.
  2. Geser ke kiri logo mobil yang ada di tengah. Kalau dulu pilihan hanya ada uberX dan uberBLACK sekarang ada penambahan
  3. Ketika lokasi penjemputan di pickup location dan tentukan tujuan dengan mengklik tanda (+) di samping pickup location.
  4. Kalau sudah, aplikasi akan mencari pengemudi yang kira-kira mau menerima orderan kita. Kalau tak ada jawaban, sabar. Kalau biasa digantung, ditinggal tidur, atau dicuekin kalau lagi kumpul sama teman-teman, pasti bakal sabar. Diginiin sama pengemudi uberMotor atau Gojek mah
  5. Jika ada yang menerima orderan kita, nanti dia yang akan menghubungi kita.
  6. Jika di aplikasi Gojek calon penumpang tidak dapat mengetahu apa jenis motor dan nomor polisi si pengemudi, di aplikasi uberMotor justru ditampilkan. Sehingga kita tahu apakah benar pengemudi itu sesuai dengan yang tertera di aplikasi.
  7. Terakhir, tunggu deh pengemudi uberMotor di lokasi penjemputan. Mudah, bukan?

Di aplikasi tidak hanya tertera nama pengemudi saja tapi juga motor lengkap dengan nomor polisinya. Besok mau coba naik uberMOTOR dari rumah.

Lari di Tengah Party Spotify dan Indosat Ooredoo

Dua pekan lalu saya hadir di party freedom music Spotify di Potato Head Garage, kawasan SCBD, Senayan. Undangan itu dari Indosat Ooredoo.

Party malam itu merupakan puncak dari peluncuran Spotify, the world’s most popular and powerful music streaming service, di Indonesia. Sekaligus mengumumkan adanya kerjasama dengan Indosat Ooredoo. Kalau kamu penasaran seperti apa rupa dari Spotify, sila unduh di App Store atau Play Store. Mau mendengarkan jutaan lagu lainnya dari komputer juga bisa.

Party sesungguhnya baru dimulai pukul 9.30 malam. Kemunculan DJ Dipha Barus dengan musik-musik EDM yang bikin tamu ogah duduk sampai pagi setelah Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia Rudiantara, Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli, dan pihak Spotify memberikan pidato singkat, serta penampilan Tulus dan The Overtune.

Datang ke party kayak begini bikin hati senang. Saya ketemu teman-teman dari Edelman, teman-teman bloger Indosat Ooredoo, rekan sejawat dari berbagai media, manusia-manusia yang saya ikuti di sosial media, dan teman-teman dari komunitas Kopdar Jakarta. Hitung-hitung kopi darat gratisan. Belum lagi ada teman-teman artis yang beberapa di antara mereka pernah saya interview.

Overall acaranya seru. Ya, meski di awal-awal agak sedikit cranky gara-gara kelaparan. Saya pikir ada makan besar, ternyata yang ada camilan kayak kue sus cokelat dan risol berukuran mini. Kalau tahu bakal kayak begitu, saya isi perut dulu setelah olahraga di gym sebelum ke venue. Tapi nggak lama kok, setelah makan lima kue dan minum banyak air putih, sudah kembali normal lagi. Sudah balik happy lagi. Mata sudah bisa melihat dengan jelas siapa-siapa saja yang lucu di party itu *lol*

Saya suka sama dekorasi party yang disesuaikan dengan seluruh aspek yang ada di Spotify. Termasuk penempatan mesin treadmill di sudut sebelah kiri dari pintu masuk venue. Tempat ini paling sepi pengunjung. Saya coba tanya apa hubungan antara mesin treadmill dan aplikasi ini? Ternyata pengguna dapat memilih lagu apa saja yang cocok didengar saat lari atau jogging.

Pengalaman pertama, lari di treadmill di acara Spotify dan Indosat Ooredoo

Nah, kalau kamu sudah unduh aplikasi ini, login dulu (pakai email atau Facebook), pilih browse, cari genre running lalu klik. Coba perhatikan kalimat paling atas ‘…Every songs matches your tempo, every beat drives you on’. Jadi, irama dari semua lagu disesuaikan dengan langkah si pengguna ketika lari. Semakin kencang larinya, semakin cepat pula iramanya. Begitu juga sebaliknya.

Saya sudah membuktikannya. Semula lagu (kecepatan lari di angka 2) terdengar slow. Setelah lari (kecepatan di angka 6) dianggap agak sedikit, secara perlahan irama lagu berubah upbeat. Naikin lagi di angka 7, lagu malah jadi berantakan saking cepatnya. Begitu kecepatan diturunin di angka paling kecil, lagu pun menjadi sangat lambat. Sayup-sayup menghilang.

Lari di atas treadmill di tengah-tengah party itu super kewl, bro! Hitung-hitung bakar kalori (lagi).

Karena saya pengguna Indosat Ooredoo, tentu senang mendengar bakal dapat potongan untuk Spotify Premium

Spotify gandeng Indosat Ooredoo

“Pengguna Indosat Ooredoo hanya membayar Rp 25 ribu saja untuk mendapatkan Spotify Premium,” begitu kata CEO Indosat Ooredoo, Alexander Rusli.

Beliau bilang Indosat Ooredoo ingin mengubah cara orang dalam mengakses music. Jika selama ini pengguna berpikir seribu kali karena takut kehabisan kuota dan harus beli lagi dengan harga mahal, dengan kerjasama Spotify dan Indosat Ooredoo diharapkan tak perlu was-was lagi memikirkan kuota selama mendengarkan lagu.

Spotify gandeng Indosat Ooredoo. Kamu gandeng siapa?

Semua pengguna paket Freedom Combo akan mendapat akses gratis pengguna data untuk Spotify serta mendapatkan Double Quota Data dan Unilimited Voice & SMS Calling.

Pelanggan Freedom Combo paket M dan L seperti saya mendapat potongan sebesar 20 persen dari harga normal Rp 49.900 serta bonus kuota 1 GB gratis untuk streaming lewat Spotify. Pelanggan paket XL dan XLL mendapat diskon sampai 50 persen dan bonus kuota yang didapat secara cuma-cuma pun lebih besar, yaitu 10 GB.

Yang paling sumringah adalah si Kawan. Kalau tidak salah dia juga pengguna Matrix Super Plan. Dan si Spotify ada lagu dari penyanyi favoritnya. Musisi EDM yang saya lupa siapa namanya. Pengguna MSS seperti si Kawan diberikan gratis selama enam bulan dan dapat digunakan tanpa menggunakan kuota data. Sigh.

Download Spotify dan follow me, plis!

Kalian yang sudah download Spotify, jangan lupa follow saya dengan nama akun Adiitoo. Saya sendiri masih mengulik lagi lagu-lagu yang enak didengar. Khusus lagu lari di Spotify, saya sudah menemukannya. Tapi belum pernah saya pakai buat lari karena gawai yang saya gunakan adalah Samsung Tab, hadiah dari Indosat Ooredoo.

Jadi, sejauh ini saya mendengarkan Spotify di pagi hari dan selama perjalanan pergi ke kantor dan pulang ke rumah.

NB : Foto milik Chikastuff atau Chika Nadya

Piknik Para Penggila Buah di Kampung Budaya Sindangbarang

Saya tidak begitu hapal nama-nama tempat wisata di Bogor selain Kebun Raya Bogor (KBR), Taman Safari, Sentul, Taman Wisata Gunung Pancar, dan Taman Rekreasi The Jungle. Saya pun jadi penasaran sama Kampung Budaya Sindangbarang begitu dapat ajakan piknik fruitaholic di sana.

Jumat dua minggu lalu editor saya geleng-geleng kepala melihat saya yang sudah selesai mengerjakan stok tujuh berita untuk hari Sabtu. Habis saya mau piknik sama Sunpride di Kampung Budaya Sindangbarang, jadi semua tugas harus dirampungkan di hari Jumat.

Peserta piknik Fruitaholic Sunpride. Silakan dipilih!

Kampung Budaya Sindangbarang adalah salah satu tempat wisata tidak jauh dari Jakarta dan cukup mudah dijangkau. Keluar TOL Sentul belok ke kanan, melewati terminal bus Baranangsiang, ke arah kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), lalu coba tanya warga sekitar karena saya lupa gara-gara ketiduran.

Saya tentu happy sekali diajak piknik sama Sunpride ke tempat wisata sejarah seperti Kampung Budaya Sindangbarang di Bogor ini. Apalagi piknik hari itu bisa dibilang piknik sehat. Bayangin saja, selama perjalanan kami diberi camilan buah-buahan Sunpride.  Ada nanas, pisang, apel, dan pepaya. Saya memilih pisang, tinggal hap!

Makan apa pun harus dihayati, kan? Termasuk makan buah pisang dari Sunpride

Disambut pemain angklung Gubrak

Bogor hari itu cukup padat. Tampak kendaraan roda empat dengan plat B yang siap memadati tempat wisata yang paling sering didatangi warga Jakarta. Sementara itu rombongan baru berangkat dari fX Sudirman sekitar pukul 07.30 pagi, jadi telat sampai di sana. Yang sampai duluan malah rombongan tim Sunpride.

Satu yang menarik ketika sampai di Kampung Budaya Sindangbarang adalah cara penduduk di sana menyambut para tamu. Ada pertunjukan seni angklung gubrak yang dibawakan ibu-ibu para baya. Angklung yang dipakai berukuran cukup besar. Tinggi aklung sama tinggi tubuh para pemainnya hampir sama. Nenek yang sedang joget bersama saya itu orangnya kagetan dan latahan. Dia pemimpin di grup ini.

Disambut pemain angklung gubrak

Pak Ukad, orang tua yang dimuliakan di kampung situ bilang kalau permainan angkung gubrak berukuran besar itu tidak hanya untuk menyambut tamu saja tapi juga mengiri ritual tanam padi yang telah menjadi tradisi turun temurun di sana.

Penduduk di Kampung Budaya Sindangbarang percaya alunan merdu yang membahana dari angklung gubrak dapat menyuburkan tanaman (padi).

Tujuan piknik di Bogor

Ajakan piknik datang mendadak. H min tiga apa H min dua gitu. Saya yang memang belum ambil cuti untuk sekadar piknik sudah pasti tidak akan menolak. Siapa tahu habis dari Bogor bakal diajak ke Lampung, right?

Sunpride tentu punya alasan mengajak kami piknik di Bogor. Seperti kata Marketing and Communication Sunpride, kakak Luthfiany Azwawie, piknik fruitaholic Minggu itu bertujuan menyegarkan kembali jiwa dan raga kami dan mereka. Enam hari berteman gawai pintar dan komputer, beri kesempatan tubuh untuk rileks, menikmati alam yang segar agar oksigen di tubuh bekerja sempurna.

Ngobrol-ngobrol santai dulu

Pun ada alasan memilih Kampung Budaya Sindangbarang sebagai tempat piknik. Karena Sunpride punya satu komitmen yang terus mereka pegang, peduli situs warisan budaya yang ada di Indonesia. Produk Indonesia harus cinta sejarah di Indonesia.

Dari obrolan santai itu juga saya jadi tahu bahwa Rejuve, jus sehat favorit saya, masih saudaraan sama Sunpride. Pantas harga satu botol Rejuve tidak murah, menggunakan buah-buahan Sunpride, toh. Pantas segar dan tidak boleh diminum lama-lama. Buah yang digunakan pasti, tanpa bahan pengawet pula. Ngomong-ngomong, saya dapat banyak voucher Rejuve, lho. *kipas pakai voucher*

Kegiatan yang dapat dilakukan di Kampung Wisata Sindangbarang

  1. Mengunjungi Situs Batu Karut dan Batu Kursi

Poin kedua yang membuat kegiatan super menyenangkan ini pantas disebut piknik sehat adalah turis kudu hiking kalau mau melihat situs bersejarah yang ada di Kampung Wisata Sindangbarang.

Saran saya buat turis cewek, pakai sepatu yang nyaman ketika digunakan jalan jauh. Jangan teplek apalagi hak tinggi karena elo bukan mau mangkal. Pakai celana panjang bukan jeans. Jangan pula celana pendek atau rok pendek yang ketat pula, karena elo bukan gadis kampung yang mendadak kaya raya di kota lalu sedang balik kampung. Lagipula banyak nyamuk dan serangga.

Seperti saat mau ke Batu Karut, batu berukuran besar yang belum jelas berasal dari mana (peninggalan alam atau buatan tangan manusia), kami harus melewati jalan setapak, tanjakan yang lebar antara sisi kanan dan kiri tidak lebih lebar dari badan saya, lalu ketemu jalan besar yang masih mengharuskan kami untuk jalan kaki dan menanjak.

Saat peserta piknik Fruitaholic melihat situs Batu Karut dan Batu Kursi

Kemarin mau naik ke atas Batu Karut, biar kayak pasukan Laskar Pelangi yang sedang berdiri di atas batu berukuran besar di tepi pantai pulau Belitung. Tapi nggak boleh sama Pak Ukat. Nanti jatuh, kata beliau.

Sesudah foto-foto di Batu Karut, jalan kaki dilanjutkan ke situs Batu Kursi. Jarak dari Batu Karut ke Batu Kursi sebenarnya cukup dekat jika berjalan di jalanan lurus. Ini terasa jauh karena lagi-lagi harus menanjak. Sebagai anak fitnes tidak boleh menyerah jalan kaki dengan rute kayak begitu. Harus buktiin bahwa tubuh kita benar-benar fit. Jangan ngomong anak fitnes kalau turun ke bawah pulang memilih naik motor. Ih.

Pak Ukat mungkin tahu kalau turis lokal yang datang hari itu tidak semuanya fit. Jadi tidak semua situs disinggahi. Cuma dua saja. Habis dari situ kami balik ke tempat semula untuk makan siang dan melanjutkan kegiatan selanjutnya.

  1. Menangkap ikan

Minum satu botol jus segar Rejuve untuk mengembalikan cairan yang hilang rupanya tidak cukup mengenyangkan. Belum ada 15 menit sudah lari ke meja makan untuk menyantap nasi putih, tahu dan tempe goreng, sambal ikan teri, dan lalapan. Sumpah. Nikmat banget. Habis makan mau jalan lagi saya siap.

Paling enak dan paling pas kalau habis makan siang di atas bale-bale yang terbuat dari bambu dan dikelilingi pepohonan adalah tidur siang. Kenyang bikin malas gerak. Tapi kalau nggak gerak nanti gendut. Kalau gendut nanti pacar marah. Kalau pacar marah susah dibujuk.

Tangkap ikan saja rebek banget pakai kantong plastik segala

Kami menyanggupi tantangan menangkap ikan di lumpur. Ikan ada 10 ekor tapi yang muncul itu lagi itu lagi. Saya cukup sulit mengimbangi badan setiap kali mau jatuh gara-gara terperosok di kolam lumpur. Dan saya paling nggak bisa kalau disuruh menangkap ikan atau memegang hewan apa pun dengan tangan kosong. Setidaknya tangan dibalut sarung atau minimal plastik kresek.

Aquarius itu mudah banget menyerah. Gara-gara gagal melulu menangkap ikan, saya pilih naik, bersih-bersih kaki, balik ke bale-bale ambil anduk, dan mandi. Yang masih bertahan di kolam Ochoy dan Aryan.

  1. Bikin orang-orangan sawah

Sudah capek melakukan beragam aktivitas yang menguras energi, di penghujung piknik para fruitaholic belajar bikin orang-orangan sawah. Beberapa berhasil tapi saya yang termasuk gagal. Belum apa-apa sudah menyerah. Kayaknya gara-gara kegedean jari jadi sulit merajut jerami yang telah disediakan.

Ya sudah, ujung-ujungnya menjadi mahluk yang berusaha mengagalkan peserta lain untuk tidak membuat orang-orangan sawah dari jerami.

Pulang bawa banyak buah-buahan

Piknik di Kampung Budaya Sindangbarang harus berakhir. Jam di tangan masing-masing seperti memberitahu jika tidak pulang sekarang maka kemungkinan besar sampai di Jakarta akan malam hari (gara-gara macet).

Aryananta Razki dinyatakan sebagai pemenang konten kontes #buahpastisunpride . Aryan pantas menang. Video yang katanya dibuat H-1 sebelum kontes resmi ditutup memang unik dan Cuma Aryan yang kepikiran membuat video kayak begitu. Sedangkan Mbak Nunik Rachmawati sebagai pemenang live tweet. Selama nggak ada Mbak Rere, keberuntungan berpihak ke yang lain. 😆

Para pemenang mendapat parcel berisi buah-buahan Sunpride. Yang nggak menang, boleh ambil sebebas-bebasnya buah yang ada di sana. Dan ternyata jumlahnya lebih banyak daripada yang menang. 😆

Pulang piknik disakui buah-buahan Sunpride

Supaya masyarakat Kampung Budaya Sindangbarang Bogor selalu sehat

Nuhun Sunpride telah mengajak saya piknik ke Kampung Budaya Sindangbarang. Kalau tidak, mungkin informasi saya mengenai tempat wisata di Bogor tidak akan bertambah. Terimakasih juga Mas @romlindonesian untuk semua foto-fotonya